01 September 2010

realita

Realita kehidupan. Menyakitkan. Ya, setelah menonton film “Alangkah Lucuya Negeri Ini”, aku semakin sadar bahwa yang berlaku di kehidupan ini bukanlah “malaikat selalu menang” , tetapi memang “yang dianggap benar yang selalu menang”. Ya, hanya yang dianggap benar. Malaikat bisa kalah dan setan bisa menang, atau sebaliknya. Hal itu memang telah diatur oleh Tuhan. Dan seandainya Tuhan ada di pihak malaikat, berarti ada kalanya Tuhan mengalah, mempersilakan setan untuk menang, jaya di atas kekalahan Tuhan. Tetapi itu pun karena Tuhan menjalankan hukumnya, bahwa memang mesti ada pergantian kekuatan di dunia ini. Pergantian antara kekuatan gelap, dan kekuatan terang, sebagaimana siang dan malam yang senantiasa berganti, untuk menjaga keseimbangan. Betapa adil dan Maha Tahu-nya Tuhan.

Barangkali menyakitkan, bagi yang hidup qalbunya, melihat segala kerusakan di bumi ini. Menyakitkan memang, melihat ibu bunuh diri setelah membunuh anak-anaknya karena alasan ekonomi. Sakit rasanya melihat anak-anak jalanan memeras keringat mereka dg berdagang asongan, yang kadang mesti lari pontang-panting saat ada razia. Dan hampir tak ada solusi untuk kehidupan si anak jalanan yang lebih baik, sedangkan yang diberi kepercayaan untuk mengelola rakyat, malah sibuk dengan kepentingannya masing-masing, kepentingan pribadi, ataupun golongan. Betapa jenuhnya melihat orang berlomba mengejar kesuksesan individu masing-masing, main sodok sana sini, yang tolok ukurnya hanya materi, tak apa memang, tapi kalau materi itu hanya untuk pribadi, hanya demi popularitas dan kemakmuran pribadi, ini yang membuat segalanya nampak semu. Semu, karena saat ia telah berhasil mencapai segala tujuannya, di bawahnya, bahkan di samping kanan kirinya, atau di belakangnya, ada yang luka, ada yang terluka meski bukan karena kita, dan kita tetap tak bisa berbuat apa-apa dengan segala pencapaian kita. Semu.

Ya, semu memang. Kita tak berdaya apa-apa dengan segala kesenjangan yang ada.
Tetapi, itu semua memang sudah menjadi bagian dari scenario Tuhan. Ada kalanya kegelapan menang, agar nanti sang terang punya kesempatan untuk menang. Ya, jika tak ada pergiliran seperti itu, mungkin kita tak akan mengenal kata kalah dan menang.

Inilah kebenarannya, bahwa pergiliran kalah menang antara kegelapan dan sang terang itu, pasti terjadi. Jika menyakitkan, ya, memang ini saatnya kita merasakan sakit, agar nanti kita bisa mengerti rasanya sehat segar bugar. Betapa adilnya Tuhan. Dan maafkan jika kami masih selalu menuduhMu tak adil. Percayalah, itu hanya emosi sesaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar