23 September 2010

di perempatan

Sekitar jam 11.45 WIB aku melaju ke kos, setelah berkunjung ke kos temanku. Panas. Langit sangat cerah, tapi memang tampak ada awan-awan kecil yg kuduga akan segera menjadi mendung. Tiap lampu merah, berhenti. Melewati beberapa SD, kulihat anak-anak SD yg tetap ceria riang berlarian (mungkin karena bahagia akan segera sampai di rumahnya), mengingatkanku pada masa SD-ku dulu.

Sampai di perempatan Jetis, menuju jalan AM. Sangaji, lampu merah, oh, listriknya mati. Seorang polisi berdiri di tengah perempatan menggantikan tugas lampu merah, memberi aba-aba arah mana yg boleh jalan, dan arah mana yang mesti menunggu. Aku menunggu aba-aba jalan. Sementara panasnya udara masih terus terserap ke dalam jaket hitamku.

Di kanan jalan itu, di ujung zebra cross, seorang lelaki kecil berpakaian putih merah, tampaknya juga sedang menunggu. Menunggu jalan sepi untuknya, untuk menyeberang. Sesekali tampak ia ingin melangkah maju, lalu ia urungkan setelah melihat sepeda motor melaju dari tikungan di belakangnya. Berkali-kali ini terjadi. Lalu ia mundur, menyandarkan tubuhnya ke tembok di belakangnya. Dari seberang jalan, seorang polisi keluar dari gardunya, ia berjalan, ke arah anak kecil itu bersandar. Awalnya kupikir ia tak akan membantu polisi yg sedang memberi aba-aba di tengah perempatan.

Ternyata, polisi itu berhenti di tempat anak kecil itu bersandar, merangkulnya, sejenak seulas senyum ia berikan ke anak kecil itu. Dijabatnya tangan anak kecil itu, lalu diajaknya menyeberang bersamanya. Sang anak mengikuti langkah polisi itu sambil sesekali menatap ke atas, ke wajah polisi itu. Sampailah di seberang. Sayang terhalang mobil yg berhenti di samping kiriku sehingga aku tak bisa menyaksikan bagaimana raut wajah anak itu setelah sampai di seberang. Ah! Mungkin anak itu tersenyum pada polisi itu, atau mereka berdua sama-sama saling melontarkan senyum, atau, anak itu mengucapkan terima kasih, atau... ah! mungkin saja anak itu segera berlari menikmati kebebasan jalan yg ia lalui ke rumah, sambil menyimpan rasa gembira tak terkira di jiwanya. Dan tak sabar untuk menceritakan kisah penyeberangannya tadi kepada ibunya, yg menyambutnya dengan senyum lebar di rumahnya.

Polisi di tengah perempatan itu sudah menghadapkan dirinya ke arah jalanku, dan memberi aba-aba jalan. Aku segera melaju, dan di perjalanan aku berjanji pada diriku untuk mengabadikan momen tadi. Seperti anak kecil tadi, yg mungkin jg akan mengabadikan momen ini di jiwanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar