22 Februari 2011

apa kabar

Saat ini, tak ada yang lebih menyebalkan bagiku dari mendapatkan pertanyaan: "apa kabar?"

12 Februari 2011

untitled

"So Far Away", satu lagu yg mengesankanku hari ini, meski aku belum tahu siapa penyanyinya. Pasalnya, frase "birokrasi hati" yang ada di lirik lagu ini baru kudengar untuk pertama kalinya (Hehe, telat kalii). Dan mungkin memang benar, birokrasi hati kadang terlalu berbelit.

Yah, itulah tentang birokrasi hati, meski aku juga tak terlalu paham apa yg sebenarnya dimaksud dg birokrasi hati oleh pencipta lagu itu.
Kadang ada hal yg tiba2 menyita perhatian meski sebelumnya tak pernah diduga hal tersebut akan mnjadi hal yg diperhatikan secara khusus. Hal yg tak terduga, seperti angsa hitam/black swan, bagiku saja tentunya.

Ada ungkapan yg pernah terkenal di abad ke-16, "a good person is as rare as a black swan". Ungkapan tsb, kala itu, umum digunakan untuk menggambarkan impossibility, kemustahilan. Sebab, saat itu ada semacam anggapan bahwa semua angsa berwarna putih. Sampai akhirnya terkuaknya keberadaan benua Australia meruntuhkan anggapan itu. Pasalnya di benua itu terdapat angsa berwarna hitam (black swan).

Inilah hal yg mengantarkanku mengenal nama Nassim Nicholas Taleb, seseorang yg mengembangkan The Black Swan Theory, atau teori tentang peristiwa angsa hitam.
Taleb memberikan tiga hal yg berkaitan dg angsa hitam atau black swan ini, yaitu rarity, extreme impact, dan retrospective predictability. Atau, peristiwa2 yg tergolong ke dalam "angsa hitam" adalah peristiwa2 yg tak terduga, dampaknya masif, dan setelah kejadian baru dilakukan rasionalisasi, pembenaran dg penjelasan retrospektif.

Tapi sepertinya di dunia ini terlalu banyak angsa hitam berkeliaran. Mungkin ada hal yang selalu bisa diprediksi, tetapi itu hanya prediksi, selalu ada kemungkinan akan adanya variabel baru di luar dugaan yg tiba2 menyusup dan memorakporandakan prediksi tsb.

Tak apalah, toh prediksi memang sepantasnya hanya diperlakukan sebagai hal yg "mungkin" terjadi, setidaknya bagiku. :-)

Setelah terkesan dg "birokrasi hati"-nya So Far Away, lalu beralih ke frase "bernafas untukmu"-nya Cobalah Mengerti. Hehe, nggak nyambung.

01 Februari 2011

kasih

Cinta. Selalu saja jadi topik yang tak habis dibicarakan.
Kisah cinta diri sendiri saja tak bakal habis ditulis dalam sebuah novel setebal 700 halaman, mungkin, apalagi kisah cinta manusia sedunia.
Lalu kita mngenal istilah cinta, sayang, dan kasih. Mana yang tertinggi? Tiap orang mungkin punya pendapatnya masing-masing. Tapi, jujur, bagiku, "kasih" adalah yang tertinggi.
Suatu saat mungkin anda pernah berada pada suatu situasi dimana anda ternyata tak boleh mencintai seseorang yang telah terlanjur anda sayangi dengan sangat. Lalu parahnya lagi, ternyata juga tak boleh ada sayang di antara anda dengannya.
Pada situasi seperti ini, biasanya seseorang akan mengambil langkah untuk menjauh dari orang yang sebenarnya disayanginya itu. Ya, menjauh.
Ah, saat cinta dilarang, tak bolehkah ada sayang? Atau, saat ternyata tak boleh pula ada sayang, siapa yang bisa melarang "kasih"?
Tapi jujur, ini tak gampang.
Sampai detik ini, saya mengakui, kasih-lah wujud ketulusan seseorang.

munafik

Kadang aku merasa menjadi orang paling munafik sedunia. Pernahkah anda? Semoga belum pernah.

Anda tahu? Rasa seperti ini benar-benar neraka. Panas, berdesing, menghantui dan tak henti menggerogoti jiwaku. Maaf kalau bahasaku lebay, sebab memang seperti itulah yang kurasakan.

Mengetahui bahwa sesuatu itu sangat pnting untuk dilakukan, tetapi tidak melaksanakannya. Mengetahui bahwa sesuatu itu merusak jika dilakukan, tetapi tetap melaksanakannya. Mengetahui suatu ilmu tapi bersikap seolah aku tak tahu apa-apa. Yang paling para mungkin, mengetahui sikap munafik itu menyiksa, tapi tetap saja munafik.

Hehehe, rasanya ingin berkata jujur dan memohon maaf pada setiap orang yang telah jadi korban kemunafikanku. Tapi apalah artinya permohonan maaf itu, toh mereka juga tak tahu kalau aku munafik, mereka tak tahu bahwa aku berpura-pura, mereka tak tahu bahwa aku berbohong. Dan aku tahu bahwa yang terpenting untuk kulakukan saat ini adalah menjadi tidak munafik lagi. ya, menjadi pribadi yang jujur, bersikap sesuai hal-hal yang memang telah aku ketahui dan sadari. Melawan kesadaranku sendiri selalu membuatku tersiksa. Sejak awal aku tahu bahwa ini nerakaku, tapi tetap saja aku masuki.

Oia, setidaknya, hari ini aku menemukan satu hal yang paling tak kusukai saat naik kendaraan umum, yaitu menjadi perokok pasif. Ya Tuhan, andai saja tadi anda berada satu bus denganku, anda pasti akan bisa mengerti kenapa aku bilang begitu. Menjadi perokok pasif adalah hal yang paling menyebalkan bagiku. Apakah para perokok aktif itu tak mengerti bagaimana bahayanya menjadi perokok pasif? Benar-benar egois.

Tapi ya, sudahlah, meskipun menjadi perokok pasif tak ada hubungannya dengan menjadi munafik. hehe