31 Mei 2009

kenapa sih?

Kenapa sih, manusia terlalu sombong untuk mengakui kesalahan diri?
Manusia selalu saja gengsi untuk mengakui kebenaran orang lain...,

Apakah memang keyakinan itu sesuatu yang sudah tidak bisa lagi diganggu gugat?
MENGAPA "ragu" tak boleh mengunjungi keyakinan itu?
MENGAPA mempertanyakan keyakinan dianggap salah?
MENGAPA sekadar untuk nge-cek apakah keyakinan ini benar atau salah saja dipersalahkan?
Kenapa sih? kalau memang jelas benar, mengapa banyak yang mempertanyakannya?

Selalu saja manusia menggembar-gemborkan tentang bahwa keyakinannya-lah yang paling benar, bukan sekedar doktrin, bukan taklid. Kalau nyatanya manusia hanya menerima saja tanpa memikirkannya lagi, sekedar percaya kepada yang memberikan tanpa menge-cek ke "sumber" kebenaran mutlak, ya apa bedanya dengan doktrin? apa bedanya dengan taklid?

bukankah saat ragu itu artinya sedang ada proses berpikir? melarang manusia untuk ragu, bukannya sama saja melarang manusia untuk berpikir? apa bedanya dengan pembodohan? penumpulan otak? katanya "pendidikan"? katanya "pembinaan"?

kenapa sih?

26 Mei 2009

Salesman di Toko Roti

Dulu, sepertinya kami tak merasa lapar. Tetapi entah mengapa, orang tua kami mengantarkan kami ke Toko Roti. Di sana kami harus makan roti yang dijual oleh Toko Roti itu. Di toko itu ada banyak pelayan, penjual roti yang menawarkan rotinya kepada kami. Sebutlah para penjual roti itu para ’salesman’.

Orang tua kami sangat percaya kepada para salesman itu. Urusan makan kami pun dipercayakan kepada para salesman itu. Aneh memang. Setiap hari kami meluangkan waktu kami, dari jam 07.00 – 13.30, dan itu berlangsung lebih kurang selama 12 tahun, kecuali hari Minggu dan hari-hari libur. Kami benar-benar meluangkan waktu kami itu, hanya untuk pergi ke toko roti. Orang tua kami tidak lupa memberi kami uang saku untuk biaya transport kami ke toko roti. Bahkan, orang tua kami juga sudah membayar di muka, dan ada yang tiap bulan rutin membayar ke toko roti itu. Semua itu dilakukan agar gizi kami terjaga, agar kami bisa mendapatkan paket roti untuk bekal hidup kami nanti.

Kadang kami tidak merasa lapar, dan malas. Tapi bagaimanapun, kami harus selalu pergi ke toko roti itu. Seolah-olah toko roti itulah hidup kami. Kadang kami merasa, orang tua kami berharap terlalu besar dari toko roti itu. Ada benarnya juga sih, karena dengan gizi yang baik, kami akan sehat, dan aktivitas kami pun bisa berjalan dengan baik.

Sebenarnya, mungkin kami lapar, tetapi kami belum bisa menyadarinya. Para salesman, dan bapak ibu kami selalu berpesan, ”Pergi ke toko roti itu penting karena di sana kamu akan mendapatkan roti untuk bekal hidup kamu.”

Kadang kami bertanya-tanya, ”Mengapa harus pergi ke toko roti kalau hanya untuk makan roti? Bukankah di rumah, ibu juga bisa membuat roti dan kemudian memberikannya untuk kami? Bahkan di rumah kita bisa makan roti bersama keluarga?”

Namun, selalu saja dijawab, ”Kami sibuk, tidak bisa membuatkan roti untukmu, apalagi menemanimu makan roti. Pergilah ke toko roti itu. Carilah roti di sana sebanyak-banyaknya”.Hmmmph...., akhirnya, kami mencoba untuk nurut. Kami rajin pergi ke toko roti, untuk mendapatkan roti di sana. Ada roti yang harus kami makan di sana, dan ada juga roti yang harus kami bawa pulang, untuk kami makan di rumah.

Orang tua kami sangat percaya kepada para salesman di toko roti itu, begitu juga kami. Mungkin bahasa salesman itu sangat meyakinkan bagi kami, mungkin juga bimbingan dan arahan para salesman itu terlalu jelas bagi kami, atau mungkin tak terlalu jelas tetapi kami jalani begitu saja sarannya.

Kami tak bisa menolak paket roti yang diberikan oleh para salesman itu. Nggak sopan.... Dan lagipula, kami sangat percaya kepada para salesman itu. Kami yakin roti yang diberikannya itu adalah roti-roti bergizi, yang menyehatkan badan kami. Kami tak pernah berprasangka macam-macam. Rasanya di lidah kami juga enak-enak saja. Kadang, ada juga sih, roti yang agak susah kami telan, bahkan sampai ingin muntah. Namun karena percaya bahwa roti-roti itu bergizi, maka kami selalu berusaha menghabiskannya.

Setelah 12 tahun berlalu, toko roti itu menyatakan sudah tidak ada lagi roti yang pantas diberikan kepada kami.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari tempat lain. Aku mencari roti yang bisa menjadikanku salesman roti. Aku ingin bekerja di toko roti. Orang tuaku pun memberiku uang saku, untuk pergi ke ’grosir roti’. Toko roti yang sangat besar. Salesman di sana, sebagian besar adalah orang yang sudah mengeerti bagaimana cara membuat roti, bermacam-macam roti.

Di grosir roti itu, aku dikenalkan dengan bermacam-macam roti, juga bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya, serta alasan mengapa roti-roti itu penting untuk hidupku.
Perlahan tapi pasti, aku mulai mengenal bahan-bahan penyusun roti. Aku benar-benar kaget mendapatkan kenyataan bahwa roti-roti yang dulu kumakan selama lebih kurang 12 tahun itu tak semuanya roti yang sehat dan bergizi. Ternyata ada beberapa roti yang mengandung pengawet, racun yang bisa membunuhku secara perlahan. Ada juga roti yang beragi, tampaknya besar, tetapi kandungan energinya sebenarnya cuma sedikit. Ternyata ada juga roti yang mengandung pemanis buatan, tak baik juga untuk kesehatanku. Mau bagaimana lagi? Roti-roti itu sudah terlanjur kutelan.

Kemudian aku mendapatkan sepaket roti yang merknya ”Filsafat Pendidikan Matematika”. Dengan makan roti itu, aku sadar, bahwa ternyata para salesman yang dulu melayaniku di toko roti itu tak sesempurna yang aku bayangkan. Aku juga jadi sadar, bahwa tugasku nanti, saat menjadi salesman di toko roti, tidaklah mudah. Hmmmph..., berat juga ternyata. Kesehatan ribuan pelanggan tergantung roti yang akan kuberikan pada mereka. Jadi, aku harus mengenal betul, mana roti yang bergizi, mana roti yang beragi, mana roti yang beracun. Kemudian, aku juga harus tahu roti seperti apa yang dibutuhkan pelangganku nantinya. Sebagai salesman, tugasku adalah melayani pelanggan dengan baik. Roti yang kuberikan nanti harus bisa menyeimbangkan perkembangan intelektual, emosional, dan spiritual mereka.

Tetapi, aku juga musti berhati-hati saat makan paket roti itu, harus memilah-milah, tapi juga nggak boleh setengah-setengah.

Sungguh, menjadi salesman roti itu bukan pekerjaan gampang. Apalagi dalam hal ini, roti adalah ilmu, dan toko roti adalah sekolah. Dan salesman, tentu saja gurunya.

24 Mei 2009

ini siang atau malam...........?

Dulu aku selalu tidak percaya saat ada sahabatku mengatakan: sekarang masih "malam".

Padahal matahari bersinar terang. Padahal orang-orang sibuk bekerja di kantor, di sawah, siswa dan guru beraktivitas di sekolah, mahasiswa sibuk kuliah di kampus, dan ada beberapa yang merencanakan demo. Partai sibuk kampanye, baik terselubung atau terang-terangan. Ya, physicly, ini siang.

Nggak siang, nggak malam, sahabatku selalu berkata: ini "malam".

Bingung aku jadinya. Sempat terpikir, mungkinkah sahabatku sudah gila?

Ia kemudian mengajakku melihat "arloji"nya. Ternyata, arlojinya memang menunjukkan waktu belum siang. Masih gelap, tapi hampir fajar. Sudah jam 03.30.
Kemudian, aku melihat lagi arlojiku. Arlojiku menunjukkan pukul 11.00, sebentar lagi waktunya makan siang. Itu arloji di tangan kiriku.

Ia kemudian berkata,"Coba lihat arloji di tangan kananmu."

Aku heran. Lama sekali aku tidak pernah melihat waktu di arloji di tangan kananku. Arloji di tangan kananku itu terlalu sulit dibaca. Aku menganggapnya arloji suci, arloji paling tepat waktu. Selalu berhati-hati mengenakannya. Jika masuk tempat-tempat yang tidak suci semacam toilet, aku harus melepaskannya dulu. Aku juga selalu diwanti-wanti oleh orang-orang di sekitarku:"Hati-hati dalam membaca dan menafsirkan arloji di tangan kananmu itu, bisa-bisa salah tafsir, sesat jadinya kamu, nggak tahu waktu". Tetapi, ironisnya, aku selalu diwanti-wanti supaya selalu membawa arloji itu kemanapun aku pergi. Walah-walah... bingung jadinya. Akhirnya, aku selalu memakai arloji itu..., di tangan kananku, tapi nggak pernah kulihat, cuma kupajang di tangan, pertanda bahwa aku bangga dengan "arloji" ini.

Ya, karena aku harus berhati-hati, maka aku diberi arloji lain untuk kukenakan di tangan kiriku. Mereka bilang, arloji ini adalah yang menjelaskan arloji di tangan kananku, waktu yang ditunjukkannya juga nggak berbeda dengan waktu yang ditunjukkan arloji di tangan kananku. Arloji di tangan kiriku itulah yang selalu kulihat untuk bisa mengetahui waktu.

Tetapi kemudian, aku diajak sahabatku untuk melihat dan mempelajari cara kerja arloji di tangan kananku itu. Ternyata sangat canggih dan revolusioner dibanding apa yang selama ini aku tahu dari orang-orang di sekitarku. Memang arloji di tangan kananku itu baru menunjukkan waktu pukul 03.30. Wow...

Lalu kulihat sekitar..., ternyata memang masih gelap. Tetapi herannya, orang-orang sangat sibuk bekerja. Pasar juga sangat rame, apalagi kampus. Kucermati mereka semua.

Adzan dzuhur berkumandang, dan serentak orang-orang yang sibuk bekerja itu menengok ke kiri,
.......ke arloji di tangan kiri mereka.
...

15 Mei 2009

jas merah-nya Bung Karno...

Siapa sangka Indonesia adalah eks peradaban luar biasa gemilang? Siapa sangka JAS MERAH-nya Bung Karno menyimpan pesan moral sangat dalam untuk kebangkitan bangsa?
Berikut saya nukilkan sebuah analisis tentang keberadaan Atlantis dan Lemuria, peradaban hilang yang mulai terkuak...:

ahmad chodjim:
Ini analisis dari saya saja setelah banyak membaca literatur tentang Daratan Lemurian dan Atlantis dari literatur Barat. Kesimpulannya, Daratan Lemurian adalah "lembah" yang sekarang menjadi laut antara Sumatra dan Kalimantan dan laut Jawa, yang dikenal sebagai Dataran Sunda. Delapan ribu tahun sebelum Masehi, terjadi pencairan besar terakhir Gunung es utara setinggi 300m sehingga menenggelamkan Dataran Sunda tersebut.

Sebelum lembah tersebut tenggelam posisi Sumatra, Kalimantan dan Jawa adalah bukit. Dan, di antara bukit itu yang paling subur adalah Bukit Jawa yang akhirnya menjadi Pulau Jawa. Jadi, dulu Bengawan Solo itu muaranya ya di Laut Sulawesi yang memang benar-benar laut yang amat dalam. Laut antara Kalimantan dan Sulewesi itu paling dangkal 1000 m dan terus ke tengah hingga 8000 m. Sedangkan Laut Jawa hanya berkisar 100 -300 m. Sebelum lembah itu hilang, memang peradaban dunia itu ada di Lembah Jawa (Dataran Sunda atau Lemurian).

Atlantis ada di mana? Menurut berbagai riset, Atlantis yang hilang itu ya berada di sekitar laut yang diapit oleh Afrika dan Eropa. Jadi, kalau di Alquran ada istilah "Kaum Ad", menurut orang Barat yang dimaksud ya penduduk Atlantis, dan bukti-bukti tenggelamnya kaum Ad itu semakin nyata.

Kalau sekarang ada kekuatan Eropa dan Asia dan dimenangkan oleh Eropa, maka menurut berbagai tulisan orang Barat, yang akan tampil adalah masyarakat ex Lemurian yang sekarang ini amburadul, tapi kemampuan spiritualnya semakin ditakuti Barat. Oleh karena itu, Barat secara umum berusaha menutupi akan bangkitnya masyarakat Kepulauan Nusantara. Dan, upaya itu telah dilakukan oleh Barat sejak zaman Negara Kahuripan.

Jadi, memasuki Milenium II alias seribu tahun yang lalu, kekuasaan Mataram yang semula di Jateng terus digempur meski telah pindah ke Jatim. Dan, penggempuran ini berhasil ketika Raja Airlangga membelah Mataram Kahuripan menjadi dua, yaitu Jenggala (Singosari) dan Panjalu (Kediri). Meskipun semasa Majapahit sempat dipulihkan kebesaran Mataram itu, namun rontok juga setelah 100 tahun. Lha, memang mangsa jayanya kan di Milenium III ini?

Kata Bung Karno: "Jas Merah" (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah).

Suwun,

ahmad chodjim


sumber: Nabble-Spiritual Indonesia


***

14 Mei 2009

siklus peradaban

Pernahkah terpikir oleh anda bahwa beratus ribu tahun yang lalu di bumi pernah ada peradaban yang lebih canggih daripada peradaban kita sekarang?

Bagaimanapun juga, pada tahun 1972, ditemukan tambang reaktor nuklir berusia sekitar dua milyar tahun di Oklo, Republik Gabon....

Dan bagaimanapun juga, para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo, ternyata mengandung residu radioaktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar...

Ya, dan sekitar 1.000.000 tahun yang lalu, di India sana orang sudah mampu membangun jembatan sepanjang 18 mil yang menghubungkan pulau Srilanka dgn India.... jembatan yang memotong selat...

Yah, meski seperti dongeng, bagaimanapun juga di dasar samudra atlantik juga ditemukan puing-puing peradaban, yang diperkirakan 12.000 tahun silam adalah daratan, yang kemudian disebut-sebut sebagai kerajaan Atlantis..., seperti yang dikisahkan Plato di Timaeus dan Critiasnya...

Lantas, mengapa manusia di tahun sekitar 3000 SM kembali ke jaman batu? Dan baru setelah sekitar 5000 tahun kemudian, manusia baru bisa mengenal nuklir?

Mungkin nggak sih, peradaban manusia yang tinggi itu pernah hancur karena perang nuklir?
Dan..., mungkin nggak ya, sebentar lagi kejadian itu akan kembali berulang?


...?


***