12 Maret 2009

Gottfried Leibniz: perselisihan dengan pengikut Newton


Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1746) lahir di Leipzig, Jerman. Dia masih berusia enam tahun ketika ayahnya, seorang professor of philosophy, meninggal dunia, dan mewariskan kepada putranya sebuah kunci ke perpustakaannya dan sebuah kehidupan yang penuh buku dan pembelajaran. Leibniz memasuki University of Leipzig di usia 15 tahun, dan lulus di usia 17 tahun, dan memperoleh gelar Doctor of Law dari University of Altdorf empat tahun sesudahnya.

Dia menulis tentang hukum, tetapi lebih tertarik kepada filsafat. Dia juga mengembangkan teori yang original tentang bahasa dan asal-usul alam semesta.

Pada tahun 1672, dia pergi ke Paris sebagai diplomat, selama empat tahun. Selama berada di sana, ia mulai mempelajari matematika bersama seorang matematikawan Belanda, Christiaan Huygens. Perjalanannya ke London dalam rangka mengunjungi Royal Academy, semakin menambah ketertarikannya terhadap matematika. Background-nya dalam hal filsafat membuatnya sangat original, meskipun tidak selalu tepat, tetapi produktif.

Tanpa menyadari karya Newton yang belum dipublikasikan, Leibniz mempublikasikan beberapa makalahnya di tahun 1680-an, yang menyajikan sebuah metode untuk menemukan luas, yang sekarang terkenal sebagai Fundamental Theorem of Calculus. Dia mengenalkan istilah ”calculus” dan notasi dy/dx, dan juga notasi S yang sekarang kita gunakan.

Sayangnya, beberapa pengikut Newton menuduh Leibniz sebagai penjiplak karya Newton. Perselisihan tentang hal ini terus berlangsung hingga meninggalnya Leibniz. Pendekatan yang digunakan Leibniz dan Newton terhadap Kalkulus sebenarnya sungguh berbeda dan sekarang telah terbukti bahwa penemuan mereka adalah independen, tidak ada plagiarism/penjiplakan satu sama lain. Leibniz sekarang masyhur dengan karya-karyanya di bidang Filsafat, sedangkan popularitasnya dalam hal matematika berhenti sampai karyanya tentang Kalkulus.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar