13 Oktober 2010

kata

Pernah ada cerita, tentang kebahagiaan yang terenggut oleh sebuah kata.
Bagaimana ceritanya?

Ah, aku turut berduka untuk si pemilik kebahagiaan.
Aku cuma menyimpan pertanyaan ini dalam pikiranku. Apakah kebahagiaan itu terenggut secara paksa? ataukah si pemilik kebahagiaan menyerahkannya secara cuma-cuma pada sebuah kata itu? Atau.... sebuah kata itu melakukan tipu muslihat agar si pemilik secara tak sadar menyerahkan kebahagiaannya.

Telah bertahun-tahuh kini, setelah sebuah kata itu merenggut kebahagiaannya.
Tak bisa kubayangkan, bagaimana hidupnya selama bertahun-tahun ini, tanpa kebahagiaan.

Padahal...

Banyak yang merasa hidupnya adalah hidup yang ideal, diimpikan setiap orang.
Tak ada yang menyangka kalau ternyata semua senyum yang ia berikan itu ... semacam senyum palsu. Palsu? Kok aku jahat ya? Ya, bagaimana menurutmu? Wajahnya penuh senyum. Tapi dalam hatinya, ia tak pernah merasa damai dan bahagia. Ia menyimpan dendam yang bahkan tak tahu mesti ia tujukan pada siapa. Ia gamang. Apakah ia harus balas dendam pada sebuah kata itu? Bagaimana caranya? Toh itu hanyalah sebuah kata. Mati. Tapi, ia kadang merasa, setiap kata itu hidup. Setiap kata itu bernyawa. Dan bisa merenggut apapun dari dirinya.

Ia menampakkan apa yang semestinya nampak dalam kebahagiaan. Tapi ia tak bisa merasakan apa yang semestinya dirasakan orang yang bahagia.

Sekarang ia sedang sekarat.

Aku tak tahu mesti berbuat apa.

Aku cuma bisa mengabadikan ceritanya. Sebuah cerita, tentang kebahagiaan yang terenggut oleh sebuah kata.

1 komentar: