16 Juli 2010

rumit


Kadang merasa begitu munafik saat menulis atau berucap: "bahagiamu adalah bahagiaku".
Dan merasa begitu bodoh pula saat sudah tahu bahwa setiap degup jantung ini membisikkan tanya: "apakah dia juga rasa seperti yg kurasa?" tetapi masih tetap memilih untuk menyimpan tanya itu sampai jasad menyatu dg tanah dan jiwa menyatu dg energi semesta.
Lalu, merasa tak ada bedanya dg orang yg sakit jiwa, saat sudah tahu telah ada nama yg memenuhi ruang di hatinya, tapi tetap menyediakan ruang kosong di hati ini untuknya.

Entahlah, segalanya terasa begitu rumit ketika cinta telah ikut campur... (setidaknya bagiku)

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar