Ingin aku kembali ke awal, ketika segalanya bermula.. tapi dengan mesin apa?
hah.. Tak bisa, tak akan pernah bisa.
Sejak kapan saya jadi senang curhat di blog? Hehehew.. mungkin sejak printer saya bermasalah, jiahh..
***
Penjelajahan, dalam diri, dalam detail, dalam suasana, dalam kata, dalam angka, dalam semesta, dalam waktu... sampai kapanpun, will always be more delicious
20 Juli 2010
16 Juli 2010
di belakangku
mereka di sana
masih percaya
masih ada
masih tak lelah menatap
diri yg
terdiam di pinggir jalanan semrawut
mereka di sana
masih tak lelah
menimang harap
menjaga air tetap mengalir
menghampiri patung ini
merawatnya secara teratur
mereka di sana
tak pernah lelah
terus mengalir,
memanjakan harapan
di belakangku
***
masih percaya
masih ada
masih tak lelah menatap
diri yg
terdiam di pinggir jalanan semrawut
mereka di sana
masih tak lelah
menimang harap
menjaga air tetap mengalir
menghampiri patung ini
merawatnya secara teratur
mereka di sana
tak pernah lelah
terus mengalir,
memanjakan harapan
di belakangku
***
Label:
introspeksi diri,
renungan
di trotoar
aku tersamarkan, dalam gegapnya lolongan beribu jiwa,
aku melelap,
dalam stagnansi pikir dan dinamika waktu
aku memang memilih hibernasi ini,
diam di tempat,
menyaksikan waktu terus berlarian,
detik-detik berseliweran di kanan-kiriku,
aku memilih berdiri sejenak di trotoar ini,
menyaksikan lalu lintas waktu,
dan kendaraan, dan manusia, yg selalu seperti terkejar..
di sini kubercermin
pada lalu lalang di jalan raya itu
kulihat dari dimensi ini
lagak sombong yg mungkin dulu melekat pula padaku
langkah angkuh yg dulu mungkin kujejak
irama kebanggaan semu yg
mungkin dulu pernah digetarkan oleh pita suaraku
kulihat lagi raut-raut munafik itu,
penuh,
wow,
mungkin aku seperti itu,
di trotoar ini, di tepi lalu lintas waktu
aku bercermin
dan di belakangku
sungai masih mengalir
***
Label:
cermin,
inspirasi,
introspeksi diri,
lifestyle,
renungan
rumit
Kadang merasa begitu munafik saat menulis atau berucap: "bahagiamu adalah bahagiaku".
Dan merasa begitu bodoh pula saat sudah tahu bahwa setiap degup jantung ini membisikkan tanya: "apakah dia juga rasa seperti yg kurasa?" tetapi masih tetap memilih untuk menyimpan tanya itu sampai jasad menyatu dg tanah dan jiwa menyatu dg energi semesta.
Lalu, merasa tak ada bedanya dg orang yg sakit jiwa, saat sudah tahu telah ada nama yg memenuhi ruang di hatinya, tapi tetap menyediakan ruang kosong di hati ini untuknya.
Entahlah, segalanya terasa begitu rumit ketika cinta telah ikut campur... (setidaknya bagiku)
***
Label:
cinta,
curahan hati,
kemunafikan,
pengakuan,
rumit
Langganan:
Postingan (Atom)