29 Oktober 2009

mendengar "Mendengar"

Adalah hal esensial yang sering terlupakan. “Mendengar” sering tak sengaja didengar tapi sangat jarang diri benar-benar mau mendengar tentang “Mendengar”. “Mendengar” adalah hal klise bagi sebagian diri. “Mendengar” kadang dianggap sebagai hal yang sudah sangat dikenal, sebagai hal yang sudah melekat dalam diri, yang tak perlu diterjemahkan lagi, sampai-sampai kadang “Mendengar” terlupakan, tak pernah disapa, tak pernah diajak ngobrol, diabaikan sebagai hal yang sangat biasa dan tak penting, just an ordinary thing. “Mendengar” sudah sering tak didengar ucapannya. Segala usulan “Mendengar” dianggap usulan tak penting, tak kreatif, tak inovatif, tak perlu dipedulikan.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok manis, yang merasa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah hal terindah dan tersejuk yang paling perlu didengar.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok intelek, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah ide cemerlang luar biasa kreatif dan inovatif yang paling perlu didengar dan direnungkan.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok tertindas, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah keluhan dan kritik luar biasa membangun yang paling perlu didengar, dipedulikan, dan direnungkan.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok tahu, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah pengetahuan luar biasa penting yang paling perlu didengar dan diketahui.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok paham, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah ungkapan empati paling luar biasa empati yang paling perlu didengar dan didahulukan.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok penting, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah yang butuh porsi ruang dan waktu yang paling besar.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok ahli debat, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah alasan-alasan yang paling penting atas pentingnya suatu hal, yang paling perlu didengar dan dimenangkan.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok dewasa, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah untaian mutiara-mutiara hikmah yang paling menyadarkan yang paling perlu didengar dan direnungkan.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikiran dan mulut yang sok tajam, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah analisis luar biasa logis sistematis yang paling jelas dan paling perlu didengar dan paling butuh pembenaran.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikir dan mulut yang sok merdu, yang merasa bahwa ungkapan-ungkapan yang keluar darinya adalah irama-irama paling sejuk dengan intonasi paling pas dan paling perlu didengar.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikir dan mulut yang sok sibuk, yang merasa bahwa mendengar “Mendengar” hanya menyiakan waktunya.

“Mendengar” terkalahkan oleh pikir dan mulut yang sok-sok-an.

Manamungkin bisa terdengar, jeritan lirih “Mendengar” yang kekurangan energi karena direbut oleh pikiran dan mulut yang sok, di tengah ramai bisingnya suara pikir dan mulut yang sok.

(mencoba mendengar jeritan lirih “Mendengar” dalam diri)


***

2 komentar:

  1. Aku anak temanggung datang untuk ngasih kenang2an berupa komentar salam hangat dan salam kenal

    aku tunggu komentar balik di blog aku kawan

    BalasHapus
  2. @m. ikhwan: terima kasih atas kunjungannya. salam kenal.

    BalasHapus