31 Agustus 2010

some quotes about "diversity"

~ If we cannot now end our differences, at least we can help make the world safe for diversity ~ (John Fitzgerald Kennedy)

~ Diversity: the art of thinking independently together ~ (Malcolm Stevensen Forbes)

~ Human diversity makes tolerance more than a virtue; it makes it a requirement for survival. ~ (Rene Dubos)

~ I feel my heart break to see a nation ripped apart by it's own greatest strength--it's diversity. ~ (Mellissa Etheridge)

~ Diversity is not about how we differ. Diversity is about embracing one another's uniqueness. ~ (Ola Joseph)

~ Infinite diversity in infinite combinations... symbolizing the elements that create truth and beauty. ~ (Commander Spock)

~ Diversity is the one true thing we all have in common. Celebrate it every day. ~ (Unknown)

~ Well! Evil to some is always good to others.~ (Jane Austen)

~ Good art is art that allows you to enter it from a variety of angles and to emerge with a variety of views ~ (Mary Schmich)

~ Of course there's no such thing as a totally objective person, except Almighty God, if She exists ~ (Antonia Fraser)

~ There is an illusion of central position, justifying one¹s own purposes as right and everybody else¹s as wrong, and providing a proper degree of paranoia. Righteous ends, thus approved, absolve of guilt the most violent means. ~ (Henry Amiel)

~ Doubt is the key to all knowledge ~ (Arabian Proverb)

~ if a man will begin with certainties, he shall end in doubts; but if he will be content to begin with doubts, he shall end in certainties ~ (Francis Bacon)

~ You don't get to choose how you're going to die. Or when. You can only decide how you're going to live. Now. ~ (Joan Baez)

~ The absurd man is he who never changes ~ (Auguste Barthelemy)

~ Everyone knows there is no fineness or accuracy of suppression; if you hold down one thing you hold down the adjoining ~ (Saul Bellow)

~ Justice is better than chivalry if we cannot have both. ~ (Alice Stone Blackwell)

~ It were not best that we should all think alike; it is difference of opinion that makes horse races ~ (Mark Twain)

~ Life lies in diversity, not in monotony. ~ (M. K. Soni)

~ We all live with the objective of being happy; our lives are all different and yet the same. ~ (Anne Frank)

~ We may have different religions, different languages, different colored skin, but we all belong to one human race. ~ (Kofi Annan)

~ A human being is a part of the whole that we call the universe, a part limited in time and space. He experiences himself, his thoughts and feelings, as something separated from the rest -- a kind of optical illusion of his consciousness. This illusion is a prison for us, restricting us to our personal desires and to affection for only the few people nearest us. Our task must be to free ourselves from this prison by widening our circle of compassion to embrace all living beings and all of nature. ~ (Albert Einstein)

*****

salam damai.... ^____^

29 Agustus 2010

komunikasi matematika (1)

Hm, menyusun skripsi terkait kemampuan komunikasi matematika membuat saya banyak membaca buku dan artikel mengenai komunikasi matematika. Wkwkw... :)) ya iya laah... Jadi, saya ingin sedikit berbagi tentang komunikasi matematika ini.

NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) menetapkan communication sebagai salah satu standar proses pembelajaran matematika di sekolah. Ada lima standar proses pembelajaran matematika yg ditetapkan oleh NCTM, sebenarnya, yakni Problem Solving; Reasoning and Proof; Communication; Connections; dan Representation. Mengenai communication, di Indonesia lebih dikenal sebagai komunikasi matematika.

Lebih lanjut dijelaskan oleh NCTM (dalam Introduction to Communication, Susan O'Connell, 2005, halaman xvi) bahwa program pengajaran matematika, mulai dari playgroup sampai tingkat/kelas 12 hendaknya memampukan siswa untuk:
  • meng-organisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka melalui komunikasi
  • mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas kepada teman sebaya, guru, ataupun yang lainnya
  • menganalisa dan mengevaluasi pemikiran dan strategi matematika yang diutarakan oleh orang lain
  • menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide-ide matematika secara tepat.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Kemudian, apa sebenarnya pengertian komunikasi matematika itu sendiri?

Hmm,
Komunikasi matematika merupakan bentuk khusus dari komunikasi, yakni segala bentuk komunikasi yang dilakukan dalam rangka mengungkapkan ide-ide matematika. Itu menurut saya pribadi sebenarnya, atau, kita akan bisa mengungkapkan pengertian komunikasi matematika dengan melihat aspek-aspek apa saja yang semestinya dipenuhi dalam komunikasi matematika tersebut.

Banyak yang telah merumuskan aspek-aspek yang mesti ada dalam berkomunikasi matematika, atau aspek apa saja yang dapat kita gunakan untuk menilai baik tidaknya kemampuan komunikasi matematika seorang siswa.

Salah satunya, diutarakan oleh Rafael A. Olivares dalam buku Communication in Mathematics, K-12 and Beyond (1996, diterbitkan oleh NCTM). Dalam subjudul Communication in Mathematics for Students with Limited English Proficiency, atau semacam kelas bilingual, Rafael menggambarkan bagan kemampuan komunikasi matematika. Dia menjelaskan bahwa menurut Carolyn Kessler dalam Linking Mathematics and Second Language Teaching, ada empat kemampuan yang dibutuhkan dalam komunikasi matematika, yaitu grammatical competence (kemampuan tata bahasa), discourse competence (kemampuan diskusi), sociolinguistic competence (kemampuan sosiolinguistik), dan strategic competence (kemampuan strategis). Penjabaran dari keempat kemampuan tersebut di buku itu lebih ditekankan pada penerapannya dalam kelas bilingual. Namun, tak menutup kemungkinan untuk diadopsi pula di kelas biasa, dengan beberapa penyesuaian.

Sementara hanya ini dulu yg bisa saya bagi mengenai komunikasi matematika, tulisan selanjutnya akan segera menyusul.

negeri teka teki -oleh Mustofa Bisri-

jangan tanya, tebak saja

jangan tanya apa
jangan tanya siapa
jangan tanya mengapa
tebak saja

jangan tanya apa yang terjadi
apalagi apa yang ada di balik kejadian
karena di sini yang ada memang
hanya kotak-kotak teka-teki silang
dan daftar pertanyaan-pertanyaan

jangan tanya mengapa
yang di sana dimanjakan
yang di sini dihinakan,
tebak saja

jangan tanya siapa
membunuh buruh dan wartawan
siapa merenggut nyawa
yang dimuliakan Tuhan
jangan tanya mengapa,
tebak saja

jangan tanya mengapa
yang di sini selalu dibenarkan
yang di sana selalu disalahkan
tebak saja

jangan tanya siapa
membakar hutan dan emosi rakyat
siapa melindungi penjahat keparat
jangan tanya mengapa,
tebak saja

jangan tanya mengapa
setiap kali terjadi kekeliruan
pertanggungjawabannya tak karuan
tebak saja

jangan tanya siapa
beternak kambing hitam
untuk setiap kali dikorbankan
tebak saja

jangan tanya siapa
membungkam kebenaran
dan menyembunyikan fakta
siapa menyuburkan kemunafikan dan dusta
jangan tanya mengapa
tebak saja

jangan tanya siapa
jangan tanya mengapa
jangan tanya apa-apa
tebak saja

rembang - oktober 1997

reformasi terus melaju -oleh Mustofa Bisri-

api terus melalap kota dan hutan
bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan
demam berdarah terus meminta korban
aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang
menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang
bank-bank terus deg-degan
petinggi-petinggi negara terus berusaha meyakinkan
negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan
ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan
toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
terus jadi sasaran penjarahan
korupsi, kolusi, dan nepotisme terus menjadi pembicaraan
pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan
pakar-pakar terus berteori
mahasiswa terus berdemonstrasi
abri terus berjaga-jaga
politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa
modal dan moral terus terkikis
sembako dan kepercayaan terus menipis
harga-harga terus naik
rupiah yang dicintai terus melemah
orsospol-orsospol terus bengong
wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
padahal pak harto sudah lengser keprabon
reformasi terus melaju

rembang - 1998

***

sajak atas nama -oleh Mustofa Bisri-

ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan
ada yang atas nama negara merampok negara
ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia

ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilan
ada yang atas nama persatuan merusak persatuan
ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan

maka atas nama apa saja atau siapa saja
kirimkanlah laknat kalian
atau atas namaKu
perangilah mereka!

rembang - agustus 1997

kinilah saatnya berterus terang -oleh Mustofa Bisri-

setelah sekian lama
kita dihimpit gelap kabut
ditindih rasa takut
setelah sekian lama
kita digoncang deru angin
setelah semua kata-kata
hanya menggumpal dalam dada

setelah semua merasa lara
kinilah saatnya berterus terang
jangan tutupi kebenaran
agar dunia tetap terang
jangan tutupi kesalahan
biar dada tetap lapang
kinilah saatnya berterus terang

jangan biarkan rasa takut
membuatmu menjadi munafik dan pengecut
cahaya kebenaran telah datang
kinilah saatnya berterus terang

marilah kita bicara laiknya saudara
jangan lagi kita biarkan
kepentingan merekayasa kita
menyumbat makna
tumpukan kata menyuburkan dendam
tumpukan keluhan meledakkan dada
dan akhirnya dendam membakar segalanaya

kinilah saatnya berterus terang
setelah sekian lama
kita saling terkam bagai serigala
masihkah tersisa kemanusiaan kita?
setelah sekian lama
kebencian antara kita membara
masihkah kita bersaudara?

1998

kembalikan makna pancasila -oleh Mustofa Bisri-

selama ini di depan kami
terus kalian singkat-singkat pancasila
karena kalian takut ketahuan
sila-sila yang kalian maksud
sila-sila yang kalian anut
tidak sebagaimana yang kalian tatarkan
kepentingan-kepentingan sempit sesaat
telah teralu jauh menyeret kalian
maka pancasila kalian pun selama ini adalah:

kesetanan yang maha perkasa
kebinatangan yang degil dan biadab
perseteruan indonesia
kekuasaan yang dipinpin oleh nikmat kepentingan
dalam kekerabatan/perkawanan
kelaliman sosial bagi seluruh rakyat indonesia

dan sorga kami pun menjadi neraka
di depan dunia
ibu pertiwi menangis memilukan
merahputihnya dicabik-cabik
anak-anaknya sendiri bagai serigala
menjarah dan memperkosanya
o, Gusti kebiadaban apa ini?
o, azab apa ini?
Gusti,
sampai memohon ampun kepada-Mu pun
kami tak berani

1998

27 Agustus 2010

pendefinisian Tuhan


Hmm, saya belum belajar ilmu filsafat. Saya juga bukan orang yg punya pengetahuan agama yang baik. Tentang Tuhan, apalagi. Tulisan saya juga bukan tulisan yg serius. Tak banyak tokoh yg saya kutip teorinya, atau buku yg mungkin saya tarik kesimpulannya. Tak banyak memang. Hehe.. Ya, karena memang saya belum menjadi pembaca buku yg baik. Ya, belum mampu membaca buku sampai tuntas. Sering cuma setengah-setengah saja. Mungkin ini tak baik.

Meski demikian, tak apalah saya coba menulis. Memang ini sesuatu yang belum pernah saya coba urai sebelumnya. Baru diskusi-diskusi singkat dengan beberapa teman.

Tentang atheisme. Atau, lebih tepatnya tentang pendefinisian Tuhan. Hehe… agak aneh memang, Tuhan kok didefinisikan (baca: dibuat batasannya). Tuhan mungkin tak terbatas. Tapi bagi manusia, memahami sesuatu yang “tak terbatas” mungkin bukan hal yg mudah. Ya, karena segala kemampuan indra manusia terbatas, sebatas apa yg mampu ia pikirkan. Jadi, sebelumnya saya merasa perlu minta maaf bagi pembaca yg kurang berkenan atas pendefinisian Tuhan sedang saya bicarakan ini. Hehe.. Tulisan ini sebenarnya lebih saya tujukan untuk diri saya sendiri, untuk mengurai benang di otak saya yang belum pernah diurai sebelumnya.

Atheisme bisa diartikan sebagai tak bertuhan. Dua tahun yang lalu saya pernah menulis tentang atheisme ini. Setelah saya baca lagi, saya malah tertawa sendiri.. #menertawakandirisendiri, ternyata pemahaman saya saat itu masih sangat lugu, lucu, terlalu polos, masih terlalu sempit, hehe... silakan pilih sendiri kata yg tepat untuk menggambarkannya. :))

Semakin banyak bertemu orang (meski cuma di dunia maya), saya menemukan banyak yang mengaku tak bertuhan atau atheis. Ternyata tak sedikit, dan sepertinya kian hari kian bertambah saja. Sayangnya memang di Indonesia ini atheis tak diakui. Ada kolom “agama” di KTP yang mesti diisi, hehehe..

Saya sering menjumpai ungkapan yang senada dengan: “Saya melakukan pencarian terhadap Tuhan. Tapi ternyata Tuhan yang dulu saat balita diperkenalkan orang tuaku padaku, masih belum bisa dibuktikan keberadaannya”. hmm,… saya sering merenungi pernyataan2 semacam ini..

Hmm, OK, sebenarnya dalam benak kita, siapakah Tuhan itu? Seperti apakah Dia? Di manakah Dia berada?

Dalam pandangan saya –saat ini-, atheisme adalah tentang pendefinisian Tuhan. Bagaimana kita mendefinisikan Tuhan, ini yang sangat menentukan bagi kita untuk mengaku atheis, atau theis. Mengaku tak berTuhan, atau berTuhan.

Seiring pertumbuhan manusia, seringkali pemahamannya tentang Tuhan mengalami perkembangan pula. Saat masih berusia 6 tahun, mungkin manusia masih mempunyai pengertian yang sangat sederhana tentang Tuhan. Saat 20 tahun, pengertiannya tentang Tuhan mungkin telah jauh berbeda, biasanya meluas. Jika tidak, biasanya terjadi penihilan, peniadaan, atau mungkin ketakpedulian, atau justru pembohongan diri.

Jujur, jika saat ini saya masih memahami Tuhan sebagaimana saya memahamiNya 16 tahun silam, barangkali saya lebih baik mengaku atheis saja. Hehehe… Saya tak akan bisa menerima kehadiran Tuhan yang seperti itu, untuk saat ini. Tetapi saya telah mendefinisikan Tuhan dengan definisi yang telah sangat berbeda dengan definisi yang dihadiahkan oleh lingkungan saya 16 tahun silam. Hmm, memang tak dapat dipungkiri, saya perlu berterima kasih pada banyak orang mengenai hal ini..., para sahabatku di dunia nyata, maya, atau dunia kertas (buku), hehehe... tapi Nietzche sebenarnya yang sangat berhasil membuat saya mau bersenda gurau dengan keraguan-keraguan saya.

Lalu seperti apakah definisi Tuhan-ku sekarang?

Awalnya saya berniat menguraikannya di sini, karena ini memang hal yang belum pernah saya urai secara tertulis sebelumnya. Tapi barusan saya merasa…, ah! Saya tak ingin berlaku seperti lingkungan saya 16 tahun silam, menghadiahkan definisi Tuhan pada orang lain. Mungkin biarlah definisi Tuhan itu didapat melalui pengalaman masing2 individu.. hmm (?)

Tapi saya ingin sekali mengungkapkan hal berikut ini: apalah artinya kita mengaku berTuhan atau tak berTuhan.. apalah artinya pengakuan itu, jika laku kita di kehidupan ini masih seperti tak berakal budi..

Akhirnya, seperti biasa, ini memang catatan yang tak penting untuk dibaca sebenarnya, hehehe…

24 Agustus 2010

DUNIA SERBA TUHAN ATAWA TUHAN SEMAKIN BANYAK

Terkesan dengan puisi-puisi Gus Mus, saya coba search puisi-puisi Gus Mus yang terbaru, dan akhirnya sampailah di GusMus.NET. Di kolom "embun", saya melihat daftar puisi-puisi Gus Mus, dan langsung tertarik pada judul puisi ini, Dunia Serba Tuhan Atawa Tuhan Semakin Banyak, hehehe... sangat mewakili perasaan saya.. tentu saja selain puisi Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana .. ^_^

DUNIA SERBA TUHAN ATAWA TUHAN SEMAKIN BANYAK

Di mana-mana semakin banyak tuhan
Di Irak dan Iran
Di Israel dan Afganistan
Di Libanon dan Nikaragua
Di India dan Srilangka
Di JEpang dan Cina
Di Korea dan Pilipina

Tuhan semakin banyak
Di Amerika dan Rusia
Di Eropa dan Asia
Di Afrika dan Australia
Di NATO dan PAlta Warsawa
Di PBB dan badan-badan dunia

Dimana-mana tuhan, ya Tuhan
Disini pun semua serba tuhan
Disini pun tuhan merajalela
Memenuhi desa dan kota
Mesjid dan gereja
Kuil dan pura
Menggagahi mimbar dan seminar
Kantor dan sanggar
Dewan dan pasar
Mendominasi lalu lintas
Orpol dan ormas
Swasta dan dinas

Ya Tuhan, di sana-sini semua serba tuhan
Pernyataanku pernyataan tuhan!
Kebijaksanaanku kebijaksanaan tuhan!
Keputusanku keputusan tuhan!
Pikiranku pikiran tuhan!
Pendapatku pendapat tuhan!
Tulisanku tulisan tuhan!
Usahaku usaha tuhan!
Khutbahku khutbah tuhan!
Fatwaku fatwa tuhan!
Lembagaku lembaga tuhan
Jama’ahku jamaah tuhan!
Keluargaku keluarga tuhan!
Puisiku puisi tuhan!
Kritikanku kritikan tuhan!
Darahku darah tuhan!
Akuku aku tuhan!

Ya Tuhan!

1987+1429

aku tak bisa lagi menyanyi - oleh Mustofa Bisri -

bagiku kini tak ada lagi lirik dan musik yang menarik
untuk kunyanyikan bersamamu atau sendiri

burung-burung terlalu berisik
mendendangkan apa saja setelah mereka merdeka
membuatku tak dapat lagi mengenali suaramu atau suaraku sendiri

taman tempat kita istirah.. becek darah..
yang seharusnya tak tumpah..

jalan-jalan tempat kita mendekatkan hati
tertutup dihadang geram dan amarah

malam-malam tempat kita menyembunyikan cinta
telah dionarkan kobaran kebencian..

daging-daging yang selama ini kita manjakan pun
ikut terpanggang api dendam

udara di sekitar kita meluapkan bau terlalu anyir..
dan lalat-lalat berpesta dimana-mana..

bagaimana aku bisa menyanyi..
aku tak mampu meski menyanyikan lagu duka..
aku tak bisa mengadukan duka pada duka
mengeluhkan luka pada luka
senar gitarku putus
dan aku tak yakin mampu menyambungnya lagi

dan langit pun seolah sudah muak
dengan lagu-lagu bumi yang sumbang

maaf sayang,
aku tak bisa lagi menyanyi bersamamu atau sendiri
entah..
jika tiba-tiba nabi daud datang membawa seruling ajaibnya

November, 1998

sujud -- oleh Mustofa Bisri --

bagaimana kau hendak bersujud pasrah
sedang wajahmu yang bersih sumringah
keningmu yang mulia dan indah
begitu pongah minta sajadah
agar tak menyentuh tanah

apakah kau melihatnya
seperti iblis saat menolak
menyembah bapamu dengan congkak
tanah hanya patut diinjak
tempat kencing dan berak
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh
hanya lahan pemanjaan nafsu serakah dan tamak

apakah kau lupa bahwa tanah
adalah bapa dari mana ibumu dilahirkan
tanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makan
tanah adalah kawan
yang memelukmu dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang menuju keabadian

singkirkan saja sajadah mahalmu
ratakan keningmu
latakan heningmu
tanahkan wajahmu
pasrahkan jiwamu
biarlah rahmat agung Allah membelaimu
dan terbanglah..
kekasih..

dzikir malam --oleh Mustofa Bisri--

langit memimpin dzikir malam
membaca wirid hening
dalam hitungan renyai hujan
dan manik-manik keringat dinginku

angin mendesirkan tasbih
bersama pucuk-pucuk pohon di mulut pori-poriku
sesekali kilat memucatkan rumput-rumput
mencuatkan lidah-lidah laut
dalam gemuruh tahmid
bersama khauf raja’-ku

sementara petir dan guruh bergantian
meneriakkan takbir dari puncak
diamku
langit memimpin dzikir malam
di bumi kelam gelisahku

1415

22 Agustus 2010

Asrar - e - Khudi chapter III

Ini adalah salah satu bagian dari buku Asrar-e-Khudi karya penyair Pakistan, Muhammad Iqbal. Cuplikan berikut dikutip dari terjemahan Asrar-e-Khudi oleh Reynold A. Nicholson. Asrar-e-Khudi sendiri diartikan The Secrets of the Self.

THE SELF IS STRENGTHENED BY LOVE

The luminous point whose name is the Self
Is the life-spark beneath our dust.
By Love it is made more I sting,
More living, more burning, more glowing.
From Love proceeds the radiance of its being.
And the development of its unknown possibilities.
Its nature gathers fire from Love,
Love instructs it to illumine the world.
Love fears neither sword nor dagger,
Love is not born of water and air and earth.
Love makes peace and war in the world,
Love is the Fountain of Life, Love is the flashing sword of Death.
The hardest rocks are shivered by Love's glance:
Love of God at last becomes wholly God,
Learn thou to love, and seek a beloved:
Seek an eye like Noah's, a heart like Job's !
Transmute thy handful of earth into gold,
Kiss the threshold of a Perfect Man!
Like Rumi, light the candle
And burn Rum in the fire of Tabriz !
There is a beloved hidden within thine heart:
I will show him to thee, if thou hast eyes to see.
His lovers are fairer than the fair,
Sweeter and comelier and more beloved.
By. love of him the heart is made strong
And earth rubs shoulders with the Pleiades.
The soil of Najd was quickened by his grace
And fell into a rapture and rose to the skies
In the Muslim 's heart is the home of Muhammad,
All our glory is from the name of Muhammad.
Sinai is but an eddy of the dust of his house,
His dwelling-place is a sanctuary to the Ka'ba itself.
Eternity is less than a moment of his time,
Eternity receives increase, from his essence.
He slept on a mat of rushes,
But the crown of Chosroes was under his people's feet.
He chose the nightly solitude of Mount Hira,
And he founded a state and laws and government.
He passed many a night with sleepless eyes
In order that the Muslims might sleep on the throne of Persia.
In the hour of battle, iron was melted by the fash of his sword;
In the hour of prayer, tears fell like rain from his eye.
When he prayed for Divine help, his sword answered "Amen"
And extirpated the race of kings.
He instituted new laws in the world,
He brought the empires of antiquity to an end.
With the key of religion he opened the door of this world:
The womb of the world never bore his like.
In his sight high and low were one,
He sat with his slave at one table.
The daughter of the chieftain of Tai was taken prisoner in battle
And brought into that exalted presence
Her feet in chains, unveiled, she was,
And her neck bowed with shame
When the Prophet saw that the -, poor girl had no veil,
He covered her face with his own mantle.
We are more naked than that lady of Tai,
We are unveiled before the nations of the world.
In him is our trust on the Day of Judgement,
And in this world too he is our protector.
Both his favour and his wrath are entirely a mercy:
That is a mercy to his friends and this to his foes.
He opened the gate of mercy to his enemies,
He gave to Mecca the message, "No penalty shall be laid upon you."
We who know not the bonds of country
Resemble sight, which is one though it be the light of two eyes.
We belong to the Hijaz and China and Persia,
Yet we are the dew of one smiling dawn.
We are all under the spell of the eye of the cup bearer from Mecca,
We are united as wine and cup.
He burnt clean away distinctions of lineage.
His fire consumed this trash and rubble.
We are like a rose with many petals but with one perfume:
He is the soul of this society, and he is one
We are the secret concealed in his heart:
He spake out fearlessly, and we were revealed.
The song of love for him fills my silent reed,
A hundred notes throb in my bosom.
How shall I tell what devotion he inspires ?
A block of dry wood wept at porting from him.
The Muslim's being is where he manifests his glory:
Many a Sinai springs from the dust on his path.
My image was created by his- mirror,
My dawn rises from the sun of his breast.
My repose is a perpetual fever,
My evening hotter than the morning of Judgment Day:
He is the April cloud and I his garden,
My vine is bedewed with his rain.
Ii sowed mine eye in the field of Love
And reaped, a harvest of vision.
"The soil of Medina is sweeter than both worlds:
Oh, happy the town where dwell the Beloved!"
I am lost in admiration of the style of Mulla Jami:
His verse and prose are a remedy for my immaturity.
He has written poetry overflowing with beautiful ideas;
And has threaded pearls in praise of the Master-
"Muhammad is the preface to the book of the universe;
All the worlds are slaves and he is the Master."
From the wine of Love spring many spiritual qualities:
Amongst the attributes of Love is blind devotion.
The saint of Bistam, who in devotion was unique,
Abstained from eating a water-melon.
Be a lover constant in devotion to thy beloved,
That thou mayst cast thy nose and capture God.
Sojourn for a while on the Hira of the heart.
Abandon self and flee to God.
Strengthened by God, return to they self
And break the heads of the Lat and Uzza of sensuality.
By the might of Love evoke an army
Reveal thyself on the Faran of Love,
That the Lord of the Ka'ba may show thee favour
And make thee the object of the text, "Lo, I will appoint a vicegerent on the earth."


***

21 Agustus 2010

waktu itu

harusnya ku bertanya pada
ratusan tatapan penuh tanya
yang selalu buatku jatuh dalam beribu prasangka
dan harusnya ku bertanya pada beberapa huruf
yang pernah kaurangkai dalam beberapa kalimat
yang pernah kau tanyakan padaku
seharusnya ku bertanya pada bangku
yang secara tak masuk akal
kau sediakan untukku
harusnya ku bertanya pada ratusan tingkahmu yang
mungkin telah berhasil buatku salah tingkah
dan harusnya ku bertanya pada satu kata
yang pernah kau pungut dari bahagiaku
dan seharusnya ku bertanya pada tangan
yang pernah kau angkat
dengan mata tertunduk yang berhasil
buatku jatuh dan terbelenggu bertahun-tahun
atau harusnya kubertanya pada
mata yang tertunduk kaku
menatap meja coklat yang diam sejuta bahasa
akupun masih bertanya-tanya, apakah masih ada kesempatan
untuk bertanya pada keputusanmu untuk
meninggalkan peluang emas itu
dan tak pernah tahu apakah masih ada waktu
untuk bertanya pada beberapa cinta
yang pernah kau hentikan
apakah telah hilang peluangku
untuk bertanya pada belasan kata yang pernah
kau tujukan padaku?
apakah selamaya kau hanya akan menjadi
asimptot dalam grafik hidupku?
harusnya ku bertanya pada diam yang tak pernah
pergi
menjadi jurang ngeri antara kita
harusnya ku bertanya pada hatiku dan hatimu
tapi sampai meja coklat itu pun menggugat
takkan bisa lagi kutemui hatimu

***

Seorang Rohaniawan dan Sopir Mikrolet

Cerita ini saya kutip dari buku KEMATIAN: Panduan Untuk Menghadapinya dengan Senyuman karya Anand Krishna.. (Gramedia, 2000)

***
Seorang rohaniawan dan sopir mikrolet meninggal pada hari yang sama. Petugas Pencabut Nyawa datang menjemput mereka.

Karena rumah mereka bersebelahan, Petugas Pencabut Nyawa menyediakan satu kendaraan. Sang rohaniawan berang, “Aku bersama si sopir jorok itu? Nggak salah?”

Petugas Pencabut Nyawa mohon maaf, “Sorry, Boss. Karena krismon, kami pun melakukan apa yang disebut ‘rasionalisasi’ dan efisiensi. Kalau bisa menggunakan satu kendaraan, ya tidak usah dua. Ngirit bahan bakar!”

Dengan berat hati, rohaniawan itu terpaksa bersedia duduk dalam mobil yang sama. Sopir mikrolet duduk di depan, sementara sang rohaniawan di belakang.

Sampai di sorga, Petugas Pencabut Nyawa mempersilakan sopir mikrolet turun juga. Rohaniawan kita sudah tidak bisa menahan diri lagi, “Nggak salah? Masa sopir mikrolet itu masuk sorga juga? Ia tidak pernah beribadah. Tidak pernah menyumbang untuk tempat ibadah. Bahkan, kalau lagi bawa mikrolet pun ia selalu ugal-ugalan.”

“Ya, nggak tahu ya! Tugas saya sebatas mencabut nyawa. Nanti Bapak tanya di reception deh.”

Aneh, aneh, aneh. Begitu memasuki lobby sorga, sang rohaniawan tambah heran. “Kacau deh, rupanya di sini pun ada praktek KKN,” pikir dia.

Pasalnya, si pengemudi mikrolet itu diberi perhatian khusus. Bahkan, kamarnya pun di lantai teratas – presidential suite. Sebaliknya, sang rohaniawan harus puas dengan kamar biasa di lantai 6.

“Kok bisa begini, saya seorang rohaniawan mendapatkan kamar biasa di lantai 6. Dan pengemudi mikrolet yang ugal-ugalan itu mendapatkan presidential suite di lantai paling atas. What’s wrong?” tanya sang rohaniawan.

“Begini Pak, semasa hidupnya ia telah menyadarkan puluhan ribu orang. Karena dialah, ada begitu banyak orang yang belajar menerima kematian. Dari dia, sekian banyak orang yang belajar berdoa.”

Penjelasan receptionist itu sangat tidak masuk akal. “Oh, ya? Apa yang ia lakukan? Saya tidak pernah melihat dia ke tempat ibadah. Ia tidak pernah memberikan ceramah agama ataupun menyumbang untuk keperluan social.” rohaniawan kita semakin bingung.

“Memang, dia tidak pernah ke tempat ibadah. Tidak bisa memberi ceramah. Juga tidak mampu memberi sumbangan. Mau sumbang apa? Penghasilan saja pas-pasan. Tetapi, cara dia mengemudi mikrolet begitu mengerikan, sehingga setiap penumpang merasa berhadapan dengan maut! Mereka mulai menerima maut sebagai bagian dari kehidupan. Lalu mereka berdoa dalam hati, dalam keheningan. Jadi, secara tidak langsung, ia telah membuat sekian banyak orang bisa menerima kematian dan belajar berdoa dengan cara yang benar, yaitu: berdoa dalam hati, dalam keheningan.”

***
Demikian tadi... ^_^
Saya merasa perlu mengucapkan terima kasih pada salah seorang teman saya yang telah memberikan buku karangan Anand Krishna tersebut pada saya. Benar-benar memperluas pengetahuan dan pemahaman, serta membangun kesadaran... Terima kasih.. ^_^


---

senyum


Aku ingin tersenyum… seperti anak-anak kecil di sana.. tanpa beban..
Aku ingin tersenyum lepas, seperti anak-anak itu …
tanpa ada beribu pengetahuan yg membuat kaku pipiku tuk mengembang..
Aku ingin tersenyum lepas…, seperti anak-anak itu…
bermain ke sana kemari …
tanpa ada deretan tanggung jawab yang setiap saat mengikatku di kursi ini..

Aku ingin tersenyum lepas …, seperti anak-anak itu…
tanpa hiraukan tuntutan dari orang-orang itu.. yg setiap saat seperti membuatku lupa bagaimana cara tersenyum…

Ah….! Anak-anak itu ….
Tapi kutahu ku tak bisa tersenyum seperti mereka...
ada jurang pengetahuan dan emosi di antara kami ...

Lalu ku bertemu sesosok ayah..
Seorang ayah yang telah merasai manis asam asin getir n pahitnya kehidupan …
seorang ayah yg mesti menghidupi anak-anak dan istrinya…
seorang ayah yg tiap detiknya terikat oleh tanggung jawab… seorang ayah yg tiap menitnya kadang terganggu oleh omongan tetangga…
seorang ayah yg di balik keringatnya ada antrian panjang tuntutan kehidupan…
Tapi tiap kali aku bertemu dgnya…

senyumnya tak pernah lupa ia berikan..
senyum yg jauh lebih menyejukkan ...
senyum yg membuat sadar bahwa aku juga bisa tersenyum seperti anak-anak itu..
Ah..! aku ingin belajar tentang senyum dari seorang ayah ini…




***

20 Agustus 2010

di basrah .. oleh Mustofa Bisri

Untuk ali jabbar dan usman awam


Inilah basrah...
tanah batu putih..
tak pernah berhenti memerah..
tak pernah lelah dijarah sejarah..

Inilah basrah...
pejuang badar bernama utbah
membangun kota ini atas perintah umar al faruq sang khalifah
Entah mantra apa yg dibaca ketika meletakkan batu pertama
Sehingga kemudian setiap jengkal tanahnya..
Tak henti-hentinya merekam nuansa seribu satu cerita

Basrah yg marah.. basrah yg merah..
basrah yg ramah.. basrah yg pasrah..

Kota yg terus membatasi penduduknya
dengan menambah jumlah syuhada..

Inilah basrah..
disini ali dan aisyah.. menantu dan istri nabi
mengumpulkan dendam amarah..
ghirah terhadap keyakinan kebenaran ..
setelah mengantarkan az zubair dan al haq,
hawari-hawari nabi ke taman kedamaian abadi yg dijanjikan

Inilah basrah..
Di sini abu musa dan abul hasan
mematrikan nama al as’ari pada lempeng sejarah
Inilah basrah..
di sini berbaur seribu satu aliran
Di sini sunnah, syiah dan mu’tazilah,
masing-masing bisa menjadi bid’ah
Di sini berhala pemutlakkan pendapat terkapar oleh kekuasaan fitrah ..

Inilah basrah.. mimbar khalwat al hasan al bashari dan rabi’ah ..
Inilah basrah.. tempat bercanda abu nuas dan walibah ..
Inilah basrah.. tempat al musayyab dan syair2nya
menghidupkan mirwat yang wah..

Inikah basrah...
tangan takdir penuh misteri
menuntunku.. tamu tak diundang ini kemari
Aku menahan nafas...
Inikah basrah...

Inilah basrah.. setelah perang irak iran
Korma-korma yg masih pucat melambai ramah..
Para pemuda, gadis, dan bocah
menyanyi dan menari tahnyiah
untuk penyair mirbat yg berpesta merayakan
entah kemenangan apa

Di sini jumat siang 25 jumadil ula
Sehabis menelan dan memuntahkan puisi-puisi kebanggaan
Ratusan penyair dengan garang berhamburan menyerang kambing-kambing guling..
Ikan-ikan shatul arab yg dipanggang kering
Nasi samin dan roti segede-gede piring..
anggur dan korma kemurahan basrah..
Aku dilepas takdir ke tengah-tengah mereka..
mengeroyok meja makan yg panjang..
menelan puisi dan saji ..
sambil kuperhatikan wajah-wajah para penyair,.
Kalau-kalau…, ah…
sampai walibah dan abu nawas pun tak tampak ada..

Inilah basrah…
bersama para penyair yg lapar.. kutelan semuanya..
Bersama-sama menghabiskan apa yang ada..
sampai mentari ditelan bumi..
Dan aku pun tertelan habis-habisan..
Basrah mulai gelap…
barangkali adzan maghrib sudah dikumandangkan..
tapi tampaknya tak satupun yg mendengarnya..
Kami kekenyangan semua..

Dan aku, sambil bersendawa,
merogoh saku mencari-cari rokokku..
terasa kertas-kertas lusuh sanguku dari rumah..
puisi-puisi sufistik untuk al bashari dan rabi’ah..
Tiba-tiba.. aku ingin muntah..
Kulihat kedua zahid basrah itu.. di sudut sana sedang berbuka
hanya dengan air mata..

Aku ingin lari bersembunyi tapi kemana..
Tuhan.., berilah aku setetes saja air mata mereka..
untuk mencairkan batu di dadaku..
Basrah.. tolong, jangan rekam kehadiranku..

Basrah, 1410 H

***

hehe... maaf kalau ada kesalahan tulisan ... hasil listening mp3-nya soalnya.. :D
Mohon koreksinya.. terima kasih.. ^_^

---

19 Agustus 2010

Never Too Late -- Nidji --

Hmmh, hari ini, aku sangat terbantu oleh lagu ini. Saat aku benar-benar merasa telah kehilangan banyak hal, yg sebenarnya tak terlalu penting juga, tapi tetap menimbulkan rasa aneh... hehehe... Dan lagi, aku sedang merasa terlalu terlambat untuk mengerjakan "something". Cengeng bgt, tadi aku nangis di depan layar komputer sambil ngetik curhatan... wkwkwkw.. :D

Tak kuperhatikan lagu apa yg sedang dimainkan komputerku... Tapi tanpa sadar, aku menangkap kata-kata "...it's never too late... it's never too late...". Kontan aku terkejut, ni komputer tahu bgt perasaanku? wkwkwkw.. :p
Setelah kucari tahu, ternyata aku sedang mendengarkan lagu-nya Nidji, judulnya Never Too Late .... hehehe... Aku jadi semangat lagi. Makasih Nidji..

Never Too Late

by Nidji

silent sound broke my heart
a doze of pain will start your brain
in one and two three second has passed
when i’m with you i will never be sad

busy sound blows my mind
heart beat central in this modern town
in one and two three second has passed
when i’m with you i will never be sad

reff :
sleep in the deep of my heart
cryin’ for love to depart
don’t give up
keep tryin’
it’s never too late
it’s never too late

in one and two
traffic has passed
when i’m with you
i will never be sad

back to reff

it’s never too late
it’s never too late
***


17 Agustus 2010

di arafah

oleh Mustofa Bisri (Gus Mus)

Terlentang aku seenaknya
dalam pelukan bukit-bukit batu
bertenda langit biru,

Seorang anak
entah berkebangsaan apa
mengikuti arah mataku
dan dalam isyarat
bertanya-tanya:
"kapan Tuhan turun?"
Aku tersenyum..

Setan mengira dapat mengendarai matahari,
mengusik khusukku,
apa tak melihat ratusan ribu hati yang putih
menggetarkan bibir,
melepas dzikir,
menjagaku jutaan milyar malaikat
menyiramkan berkat..

Kulihat diriku
terapung-apung
dalam nikmat,
dan si anak
entah berkebangsaan apa
seperti melihat arak-arakan karnaval
menari-nari
dengan riangnya..

Terlentang aku..
satu diantara jutaan tumpukan dosa
yang mencoba menindih,
akankah kiranya bertahan
dari banjir air mata penyesalan massal ini

Gunung-gunung batu
menirukan tasbih kami,
pasir-pasir menghitung wirid kami

dan si anak..
yang aku tak tahu
berkebangsaan apa
tertidur di pangkuanku
pulas sekali..

Arafah, 1415 H

***

menginginkan kemerdekaan

Wow, hari ini telah bertambah usia negeriku…, yang tentu saja, pada tiap tahun peringatan proklamasi ini, semua orang berlomba untuk bertanya, “sudah benar-benar merdeka-kah kita?”..

Teringat dulu waktu masih duduk di bangku sekolah, hampir setiap mendekati tanggal 17 agustus, ada tugas dari guru untuk menulis artikel tentang kemerdekaan, hehe.. Dan dalam setiap artikel yang kutulis, pasti selalu ada kalimat tanya yang senada dengan: “sudah benar-benar merdeka-kah kita?”

Bosan rasanya bercerita tentang berbagai alasan yang membuat kita selalu melontarkan pertanyaan senada di setiap hari proklamasi kemerdekaan. Bosan pula rasanya mendengar berbagai tuntutan akar rumput pada pohon-pohon nan menjulang.
“Hey, harga sembako kok mahal?”,
“lumpur lapindo ora rampung-rampung woi..!”
“hey, kau kirim bom 3 kg ke rumah kami? Apa maksudnya ini??”,
“kenapa kau diamkan saja segala perusakan n tindak anarkis ini?”,
“tak adil pula kau urusi masalah pertikaian agama?”,
“kau korupsi lg uang pajak kami, uang hasil jerih payah kami bekerja?”
“mana realisasi janji kalian?”
“berhentilah curhat, pak pemimpin, kami lelah mendengarnya,”
“kami dengan 300 ribu sebulan saja masih bisa hidup. Kau, dengan puluhan jutamu, masih minta fasilitas tambahan yg lebih???”
“puluhan juta kami berikan untukmu agar kau perjuangkan kesejahteraan kami, tapi kau masih sempat tidur pula di meja rapat?”
“mana becus kau urus kenakalan negara tetangga itu? Masalah dalam negeri sj kacau balau,”
Maaf kalo agak kasar…, saya cuma menirukan tuntutan para tetangga, hehehe… memang bosan rasanya membaca, mendengar, n melihat orang berlomba2 menuntut, berlomba-lomba protes, berlomba-lomba memaki, berlomba-lomba mengeluh.. (memangnya kamu ga ikut mengeluh, cit?) wkwkwkw.. karena telah terlalu banyak yg mengeluhkannya dan telah terlalu banyak alternative solusi yg tak diindahkan, maka saya pikir lebih baik saya simpan saja keluhan saya dalam pikiran, hehehe… menghemat energi, dan fokus pd pemikiran: sebenarnya apa yang rusak n apa yang kita butuhkan?

Hm, OK, mungkin tak ada salahnya kita coba flashback segala permasalahan yg melanda negeri kita. Mari kita munculkan kembali gambar2 peristiwa2 di negeri kita, yg sering kita lihat di TV, di Koran, di dunia maya, di sekitar kita.. Dan coba ingat-ingat lagi berbagai perdebatan pelik tentang berbagai alternative solusi atas permasalahan itu. Lalu, adakah yg telah berdampak langsung terhadap kesejahteraan para akar rumput seperti saya ini? Wkwkwkw… (oalah cit, ngeluh to kowe?) Bukan, ini bukan keluhan, ini cuma pertanyaan, hahaha.. padahal apa bedanya ya?

Segala ketidakbaikan ini telah men-sistem.. Dan juga membuat sistem otak kita menghasilkan respon rasa berupa: pesimisme. Hanya pesimisme yg kadang muncul jika kita terlalu mengharapkan perubahan pada orang lain. (masa’ sich??!)

Namun terlepas dari itu, tetap ada suatu optimisme. Ya, ketika segala di luar diri kita mulai tak bisa kita masukkan dalam daftar optimism kita, ketika kita merasa membohongi diri saat mengucapkan dan menuliskan harapan-harapan kita atas perbaikan di negeri kita, … selalu ada yg masih bisa kita andalkan: diri kita sendiri. Menginginkan perubahan? Jadilah perubahan itu. Menginginkan keindahan? Jadilah keindahan itu. Menginginkan system yg baik? jadilah system yg baik itu, ciptakan hidup yg tersistem dengan baik dalam diri kita masing-masing, dan kehidupan akan mensistem dg baik pula dg sendirinya..

Kalau ada yang bilang, indonesia butuh pemimpin yang bla.. bla.. bla.. begini.. dan begitu…. Anda tahu ujung-ujungnya anda kesulitan mencari sosok seperti itu. Jadi dibalik saja, Indonesia cuma butuh rakyat yang menyadari hakikat kasih sayang, yang merdeka jiwanya. Indonesia butuh kita.
Menginginkan kemerdekaan? Jadilah kemerdekaan itu.

Bagaimanapun, habis malam pasti datang pagi, karena bumi masih berotasi, dan matahari masih memancarkan sinarnya di balik sana.. Optimislah.. (loh?!)

^_~

Kutujukan tulisan ini terutama untuk diriku sendiri, yg masih bodoh tentang kemerdekaan.
Pagi ini, kudengar suara lirih yg menderu dalam dada.., kubenamkan segala ego yang berdesak ingin menyeruak, lalu kupekikkan bisik lirih ke dalam jiwaku: "merdeka ... "

Selamat Memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ke-65..

***

15 Agustus 2010

sssttt... rahasia...

Ini tak begitu penting sebenarnya. Hehe.. Tapi sepertinya akan ada yang merisaukannya..

Sebelumnya maaf ya, tulisan ini bukan bermaksud mengobjekkan sesuatu yang dianggap subjek atas segalanya. Hehe.. Saya cuma ingin membagi apa yang ada dalam pikiran saya saja, dan mungkin juga sudah ada dalam benak banyak orang, namun tak punya waktu untuk menuangkannya dalam tulisan atau sekedar membicarakannya. Saya yang punya banyak waktu luang, merasa berkepentingan untuk menuliskannya, wkwkwkw… :D
(Hmm, apa to cit? Ayo, langsung aja…. )

Hehe… OK, well, ini tentang Tuhan..
Eits… jangan berburuk sangka dulu, kawan.. baiknya jangan tutup jendela ini dulu, kawan..

Hmm, yah, maaf kalo dalam penulisan nanti, saya sering tak memakai huruf capital untuk kata ganti Tuhan.. hehe… kadang sering terlupa.. Tapi, saya tetap menghormatinya kok.. piss… ^_^V

Sepertinya terlalu banyak nglantur n bahasa basi yang tak jelas..
OK, ayo kita mulai.. Kita akan membahas tentang… : Tuhan..

Sebenernya agak kikuk juga ngomongin Tuhan, cz Dia Maha Tahu… Jadi, Dia juga tahu kalo kita, saat ini, sedang berbicara tentang.. : Tuhan… Wah, gimana rasanya ya? Mungkin seperti manusia, merasa tak suka jika yg dibicarakan adalah keburukannya, n merasa baik-baik saja jika yg dibicarakan adalah hal-hal positif tentangnya.
(Wah, hati-hati Cit kalo ngomong… Tuhan itu tak sama dengan makhlukNya…!)

wkwkwkw…
(OK, lalu apa yg sebenernya ingin kita bicarakan tentang Tuhan???!! ga sabar mode: on)

Hm, tak banyak sebenarnya, saya cuma ingin bercerita bahwa… bahwa… bahwa…
(bahwa apa???!!)

Hehe… bahwa… Tuhan itu melayani pikiran manusia..
(.........????!!!!)

Jadi sebaiknya sekarang saya sudahkan saja tulisan saya, , ckckckc… ^_~ v .
Pesan saya, meskipun saya mungkin tak berhak untuk berpesan, tapi, tak ada salahnya anda merenungkan baik-baik pernyataan tersebut.. wkwkwkw... ;)
Dan bagi yang sudah mengerti rahasia ini sebelumnya... saya ucapkan selamat..!! bravo..!!

***

kau ini bagaimana atau aku harus bagaimana

Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir

aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

kau ini bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan

aku harus bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

kau ini bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

aku harus bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain

kau ini bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

aku harus bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya

kau ini bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

aku harus bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab

kau ini bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

aku harus bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu

kau ini bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

aku harus bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

kau ini bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku

kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?

1987
Mustofa Bisri (Gus Mus)

***

14 Agustus 2010

kaum beragama negeri ini

oleh Mustofa Bisri (Gus Mus)

Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini
mereka tak mau kalah dengan kaum beragama lain di negeri negeri lain
Demi mendapatkan ridhlo-Mu mereka rela mengorbankan saudara saudara mereka
Untuk merebut tempat terdekat disisi-Mu,
mereka bahkan tega menyodok dan menikam hamba hamba-Mu sendiri
Demi memperoleh rahmat-Mu,
mereka memaafkan kesalahan dan mendiamkan kemungkaran
Bahkan mendukung kelaliman
Untuk membuktikan keluhuran budi mereka,
terhadap setanpun mereka tak pernah berburuk sangka

Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini
Mereka terus membuatkan-Mu rumah rumah mewah diantara gedung gedung kota
hingga ditengah tengah sawah dengan kubah kubah megah,
dan menara menara menjulang untuk meneriakkan nama-Mu,
menambah segan dan keder hamba hamba kecil-Mu yang ingin sowan kepada-Mu

Nama-Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburan hingga pesta agung kenegaraan
Mereka merasa begitu dekat dengan-Mu hingga masing masing merasa berhak mewakili-Mu
Yang memiliki kelebihan harta membuktikan kedekatannya dengan harta yang Kau berikan
Yang memiliki kelebihan kekuasaan membuktikan kedekatannya dengan kekuasaan yang Engkau limpahkan
Yang memiliki kelebihan ilmu membuktikan kedekatannya dengan ilmu yang Engkau kurniakan
Mereka yang Engkau anugerahi kekuatan seringkali bahkan merasa diri Engkau sendiri
Mereka bukan saja ikut menentukan ibadah
Tapi juga menetapkan siapa ke surga siapa ke neraka
Mereka sakralkan pendapat mereka
Dan mereka akbarkan semua yang mereka lakukan
Hingga takbir dan ikrar mereka yang kosong bagai perut bedhug
Allahu Akbar... walillah hilham...

***

selamat tahun baru, kawan

oleh Mustofa Bisri

Selamat tahun baru, kawan
Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk
Memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisabnya

Kawan, siapakah kita ini sebenarnya
Musliminkah..? mukminin..? muttaqin?
Khalifah Allah..? umat Muhammad-kah kita?
Khoiro Ummatinkah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Allah dan yang Ghaib
Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksanya kita khusuk didepan massa
Dan tiba tiba buas dan binal justru saat disaat sendiri bersama-Nya

Syahadat kita rasanya seperti perut bedhug
Atau pernyataan setia pegawai rendahan aja
Kosong....Tak Berdaya
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu ibu
Lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda

Doa kita sesudahnya justru lebih serius
Kita memohon hidup enak didunia dan bahagia di surga
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat
Tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang lapar atau haus kita pun manggut manggut
Oh beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih dari berat terasa
Dibanding tukang becak melepas penghasilannya
Untuk kupon undian yang sia sia
Kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran
Upaya upaya Tuhan menggantinya berlipat ganda

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan material
Membuang uang kecil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi
Haji...

Kawan...,
Lalu bagaimana, bilamana dan berapa lama kita bersamanya
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahnya

Kawan...,
Tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata demi semua yang baik halallah semua sampaipun yang paling tidak baik

Lalu bagaimana para cendekiawan dan seniman
Para mubaligh dan Kiai
Penyambung lidah nabi
Jangan ganggu mereka...
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana mana
Para Kiai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka diatas sana
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri

Kawan, Selamat Tahun Baru
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk
Memandang diri sendiri..

***

Hehehe... Mungkin tak tepat waktu aku mempostkannya, tapi semoga tetap bisa diambil hikmahnya bg yang membacanya, ^_^

---

Misteri Kalender Maya dan Ramalan Kiamat 2012


Isu 2012.. berikut ada penjelasan yg lengkap mengenai apa yg diperkirakan akan terjadi di tahun 2012. Artikel ini saya copast-kan dari indospiritual.com

Dalam kalender bangsa Maya, diramalkan bahwa pada periode 1992-2012 bumi akan dimurnikan, selanjutnya peradaban manusia sekarang ini akan berakhir dan mulai memasuki peradaban baru.

Dalam sejarah peradaban kuno dunia, bangsa Maya bagaikan turun dari langit, mengalami zaman yang cemerlang, kemudian lenyap secara misterius. Mereka menguasai pengetahuan tentang ilmu falak yang khusus dan mendalam, sistem penanggalan yang sempurna, penghitungan perbintangan yang rumit serta metode pemikiran abstrak yang tinggi. Kesempurnaan dan akurasi dari pada penanggalannya membuat orang takjub!

Sekelompok masyarakat yang misterius ini tinggal di wilayah selatan Mexico sekarang (Yucatan) Guetemala, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras. Banyak sekali pyramid, kuil dan bangunan-bangunan kuno yang dibangun oleh Maya yang masih dapat ditemui di sana. Banyak juga batu-batu pahatan dan tulisan-tulisan misterius pada meja-meja yang ditinggalkan mereka. Para arkeolog percaya bahwa Maya mempunyai peradaban yang luar biasa. Hal itu bisa dilihat dari peninggalannya seperti buku-bukunya, meja-meja batu dan cerita-cerita yang bersifat mistik. Tetapi sayang sekali buku-buku mereka di perpustakaan Mayan semuanya sudah dibakar oleh tentara Spanyol ketika menyerang sesudah tahun 1517. Hanya beberapa tulisan pada meja-meja dan beberapa system kalender yang membingungkan tersisa sampai sekarang.

Seorang sejarahwan Amerika, Dr. Jose Arguelles mengabdikan dirinya untuk meneliti peradaban bangsa ini. Ia mendalami ramalan Maya yang dibangun di atas fondasi kalender yang dibuat bangsa itu, dimana prediksi semacam ini persis seperti cara penghitungan Tiongkok, ala Zhou Yi. Kalendernya, secara garis besar menggambarkan siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan manusia. Dalam karya Arguelles, The Mayan Factor: Path Beyong Technology yang diterbitkan oleh Bear & Company pada 1973, disebutkan dalam penanggalan Maya tercatat bahwa sistim galaksi tata surya kita sedang mengalami ‘The Great Cycle’ (siklus besar) yang berjangka lima ribu dua ratus tahun lebih. Waktunya dari 3113 SM sampai 2012 M. Dalam siklus besar ini, tata surya dan bumi sedang bergerak melintasi sebuah sinar galaksi (Galatic Beam) yang berasal dari inti galaksi. Diameter sinar secara horizontal ini ialah 5125 tahun bumi. Dengan kata lain, kalau bumi melintasi sinar ini akan memakan waktu 5125 tahun lamanya.

Orang Maya percaya bahwa semua benda angkasa pada galaksi setelah selesai mengalami reaksi dari sinar galaksi dalam siklus besar ini, akan terjadi perubahan secara total, orang Maya menyebutnya, penyelarasan galaksi (Galatic Synchronization). Siklus besar ini dibagi menjadi 13 tahap, setiap tahap evolusi pun mempunyai catatan yang sangat mendetail. Arguelles dalam bukunya itu menggunakan banyak sekali diagram-diagram untuk menceritakan kondisi evolusi pada setiap tahap. Kemudian setiap tahap itu dibagi lagi menjadi 20 masa evolusi. Setiap masa itu akan memakan waktu 20 tahun lamanya.

Dari masa 20 tahun antara tahun 1992-2012 itu, bumi kita telah memasuki tahap terakhir dari fase Siklus Besar, bangsa Maya menganggap ini adalah periode penting sebelum masa pra-Galatic Synchronization, mereka menamakannya: The Earth Generetion Priod (Periode Regenerasi Bumi). Selama periode ini bumi akan mencapai pemurnian total. Setelah itu, bumi kita akan meninggalkan jangkauan sinar galaksi dan memasuki tahap baru: penyelarasan galaksi.

Pada 31 Desember 2012 akan menjadi hari berakhirnya peradaban umat manusia kali ini, dalam perhitungan kalender Maya. Sesudah itu, umat manusia akan memasuki peradaban baru total yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan peradaban sekarang. Pada hari itu, tepatnya musim dingin tiba, matahari akan bergabung lagi dengan titik silang yang terbentuk akibat ekliptika (jalan matahari) dengan ekuator secara total. Saat itulah, matahari tepat berada di tengah-tengah sela sistem galaksi, atau dengan kata lain galaksi terletak di atas bumi, bagaikan membuka sebuah “Pintu Langit” saja bagi umat manusia.

Dalam perhitungannya, bangsa Maya tidak menyinggung tentang apa penyebab peradaban kali ini berakhir. Ada sedikit yang kelihatannya jelas, bahwa berakhirnya ‘hari itu’ sama sekali bukan berarti malapetaka apa yang datang menghampiri, melainkan mengisyaratkan kepada seluruh umat manusia akan adanya transisi dalam kesadaran dan spiritual kosmis, selanjutnya masuk ke peradaban baru. Tahun 755 Masehi, seorang rahib Maya pernah meramal, setelah tahun 1991 kemudian, akan ada dua peristiwa penting terjadi pada manusia yaitu kebangkitan kesadaran, dan pemurnian bumi serta regenerasinya.

Mulai 1992, bumi memasuki apa yang oleh bangsa Maya disebut ‘Periode Regenerasi Bumi”. Pada periode ini, Bumi dimurnikan, termasuk juga hati manusia, (ini hampir mirip ramalan orang Indian Amerika-Utara terhadap orang sekarang ini), subtansi yang tidak baik akan disingkirkan, dan substansi yang baik dan benar akan dipertahankan, akhirnya selaras dengan galaksi (alam semesta), ini adalah singkapan misteri dari gerakan sistem galaksi kita yang diperlihatkan oleh bangsa Maya.

Dari titik pandang ilmu pengetahuan umat manusia sekarang, hal itu benar-benar tidak dapat dipercaya. Mungkin saja bangsa Maya sedang membicarakan tentang galaksi Bima Sakti (Milky Way), yang mana ilmu pengetahuan dan teknologi kita belum juga sampai ke solar sistim, seperti pepatah orang Tionghoa mengatakan “Serangan musim panas tidak dapat menjelaskan es di musim dingin”. Fenomena kosmik yang diperlihatkan oleh kalender Maya adalah benar-benar berharga dari suatu penyelidikan yang serius oleh umat manusia sekarang ini.

ARAH RAMALAN ITU

Sejak tahun 1992 sampai 2012 nanti, bagaimana terjadi “pemurnian” dan bagaimana pula terjadi “regenerasi” pada bumi kita ini, tidak disebutkan secara detail oleh bangsa Maya. Dalam ramalan mereka pun tidak menyinggung tentang apa hal konkret yang memberikan semangat manusia untuk bangkit dari kesadaran dan bagaimana bumi mengalami permurnian, yang ditinggalkan oleh mereka kepada anak cucunya (barangkali tidak tercatat). Lantas, fenomena baru apa yang sudah bisa kita lihat sejak tahun 1992 sampai sekarang yang bisa kita kaitkan dengan ramalan bangsa Maya yang beradab itu?

Mengamati peristiwa besar 10 tahun belakangan ini (1992-2002), kelihatannya karakter alam semesta, ‘Zhen, Shan, Ren,’ (sejati, baik, sabar) yang diajarkan oleh Master Li Hongzhi, sebagai efek yang sedang ‘memurnikan’ hati manusia dan bumi ini. Kami menemukan dua bilangan yang bermakna, pada 1992 adalah persis tahun pertama kalinya Li Hongzhi mengenalkan ajarannya secara terbuka kepada masyarakat, ditengah-tengah kemrosotan moral umat manusia yang parah.. Dari tahun 1992-1999, dalam waktu yang singkat ini, pengikut latihan kultivasi jiwa dan raga ini sudah mencapai hampir 100 juta orang di daratan China. Kini, latihan ini bahkan sudah menyebar kelebih 60 negara. Melalui kultivasi yang terus-menerus, latihan ini dapat mencapai tujuan mengganti sel-sel manusia dengan materi energi tinggi dan meningkatkan moral manusia sesuai karakter alam semesta serta kembali ke jati diri yang asli.

Mungkin sudah diatur, bahwa kalender Maya tidak hilang dan sejarah manusia, dan harus diuraikan dengan kode oleh manusia sekarang. Namun ia tetap saja harus dilihat, apakah umat manusia yang terpesona oleh konsepsinya yang trerbentuk sesudah kelahiran dapat menembus batas-batas untuk mengingatkan dan memahami kebenaran yang melampoi sistim pengetahuan kita.


***

bila kutitipkan -oleh Mustofa Bisri-

bila kutitipkan dukaku pada langit, pastilah langit memanggil mendung
bila kutitipkan resahku pada angin, pastilah angin menyeru badai
bila kutitipkan geramku pada laut, pastilah laut meggiring gelombang
bila kutitipkan dendamku pada gunung, pastilah gunung meluapkan api

tapi…

akan kusimpan sendiri mendung dukaku dalam langit dadaku
kusimpan sendiri badai resahku dalam angin desahku
kusimpan sendiri gelombang geramku dalam laut pahamku
kusimpan sendiri api dendamku dalam gunung resamku
kusimpan…sendiri…

1415 H

***

13 Agustus 2010

sangat tak penting

Aku tak sebaik yang kau pikirkan.., aku juga mungkin lebih buruk dari yg terburuk yang pernah kau pikirkan.
Tak penting memang membahas hal ini. Toh, apa untungnya buatmu? Memang tak ada. Buatku, juga tak ada untungnya sama sekali, karena memang ku tak cari untung. Aku cuma ingin menulis, itu saja. Dan karena aku sedang tak tahu apa yang ingin kutulis, maka kutulis ini.
Hey, apa ini?! Ngomong apa kamu cit?
Hmh, entahlah, aku tlah tiba di saat di mana semua hal yg berbulan-bulan kulakukan ini tampaknya bullshit bgt. Dan apa yang dia sampaikan, dan apa yg dia bicarakan, dan apa yang dia lakukan, dan apa yg dia ejawantahkan, dan apa yg dia inginkan, tak ada artinya sama sekali. Ah, entahlah, kosong, dan apa yg sebenernya mereka inginkan dengan segala ucapan mereka?
Oh, cuma untuk dikenal... oh, cuma untuk eksis.. oh, cuma untuk mendapatkan perhatiannya.. oh, cuma untuk ini toh... oh, cuma untuk berpengaruh,.. oh, cuma untuk segala bayang semu itu..
Sejak kpn aku begitu peduli ttg kepentinganmu? Aaargh...!!! Aku hanya bosan n muak dg segala ego negatifmu..

Apa hakku memaki? Aku tak berhak, aku tlah membuat batasan bagi diriku untuk tak memaki, memang. Tapi apa bedanya tulisan ini dg makian? Apa bedanya pikiran ini dengan makian? Ah! Ya itu tadi, seperti kubilang di awal tulisan ini, memang aku tak sebaik yg kau pikirkan, aku juga mungkin lebih buruk dari yg terburuk yang pernah kau pikirkan.

***

12 Agustus 2010

Belajar Membaca ~Sutardji Calzoum Bachri~

Puisi Sutardji CB yang satu ini akan selalu kuingat, n kukenang, karena bersama puisi ini, dulu aku belajar membaca. Bukan membaca tulisan deretan huruf, melainkan membaca sesuatu yang lain: kondisi, perasaan orang lain, suasana.

Belajar Membaca

Kakiku luka
Luka kakiku
Kakikau lukakah
Lukakah kakikau
Kalau kakikau luka
Kakiku luka
Lukakaukah kakiku
Kalau lukaku lukakau
Kakiku kakikaukah
Kakikaukah kakiku
Kakiku luka kaku
Kalau lukaku lukakau
Lukakakukakiku lukakakukakikaukah
Lukakakukakikaukah lukakakukakiku

***

11 Agustus 2010

suasana

Sekali lagi kucoba merasa, dan hambar. Kucoba memakna, dan hilang. Lalu kucoba menggali, dan tak kutemukan tempat berhenti. Kucoba berpikir, dan mati. Kucoba meraba, dan tak ada. Ku mencoba berpijak, dan runtuh. Ku mencoba membaca, dan semua segera menguap. Ku mencoba menjaring, dan bocor. Ku mencoba berlari, dan sendiri. Ku mencoba mencari, dan terhenti. Ku mencoba berhenti, dan semua diam tak bernyawa.

Kini segalanya nampak asing. Ku mencoba pergi, dan pintu di belakangku menutup. Kulanjutkan langkah, dan semua kembali sibuk dengan rasanya. Kucoba memakna, dan diam yg kudapat. Tak ada suara. Tak ada bising. Tak ada makna, tak ada arti, tak ada dinamika. Hampa.




***

10 Agustus 2010

apa ini?

Terkadang …, aku merasa begitu paham tentang diriku .., tapi lalu .. tibalah ku di suatu saat, dimana aku menyadari bahwa hanya kepura-puraan paham saja yang ada di sini. Ternyata aku belum tahu apa-apa tentang diriku …, masih sering mengingkari keinginanku yang sesungguhnya.., mengingkari dan tak pernah mau mendengar kebutuhanku yang sesungguhnya..

Apa ini? Aku mulai menyadari sesuatu .. saat duduk sendiri di kursi itu, di taman sepi itu, melihat keramaian di kejauhan .. dan mengamati buku tulis serta bolpen yang kubawa , ah! Ternyata … masih terasa ada lelah di mataku.. terasa kelelahan yang sangat di mataku, dan suaraku yang seperti menghilang .. ah! Ya, ternyata… meski aku terus menggoreskan penaku di kertas yang kupegang, dan berlagak seolah aku tenggelam dalam pikiranku sendiri.., nyatanya mataku masih lelah .., mataku masih terlelahkan oleh pandangan keramaian di kejauhan itu .., jauh yang seolah seperti dekat .., ah, ya! Aku belum bisa fokus pada diriku .. ternyata fokusku masih tetap pada keramaian di kejauhan itu … yang selalu dan selalu melelahkan mataku .. entah, apa ini iri? Entah, apa ini benci? Entah, apa ini ingin diperhatikan? Entah, apa aku ingin mendekat? Ah! Aku memang tak pernah menyempatkan diri membaca keinginan, membaca perasaan, mempertajam perasaanku .., ah, ya! Aku hilang, tertelan dalam kebohongan yang berlarut, ah, ya! Dan saat aku berdiri, dan kemudian mendapatkan tempat duduk di bus yang kunaiki, lalu melihat sekitar, dan berlagak fokus pada diriku, ingin menenggelamkan pandanganku hanya padaku, aku tak bisa memungkiri bahwa mataku selalu ingin melihat keluar diri,memastikan apakah mata2 lain itu tertuju padaku, ataukah wajah2 itu mengarah padaku.., ah, lelah jadinya aku .. aku ternyata bukan makhluk cuek egoistis individualis yang selalu dapat tak mempedulikan apa-apa yang ada dalam jangkauan penglihatan n pendengaranku … aku punya mata untuk melihat, aku punya telinga untuk mendengar, aku punya pikir untuk mengolah segala rangsang indraku, aku punya mulut untuk menyapa, ah ya! Mungkin aku perlu belajar fokus.., pada diriku,

dan di warung itu, ternyata mataku masih tak bisa lepas dari memandang ibu dan anaknya di samping tempat dudukku, dan bapak-bapak karyawan di meja seberang depanku, atau pemuda yang merokok di meja di samping kiriku .. ah ya! Aku mencoba untuk tak peduli, seolah tak melihat mereka, namun ternyata mataku tetap saja lelah, dan suaraku tetap saja tenggelam bisingnya suara osengan di dapur, juga bising kendaraan yang berlalu lalang di luar itu, dan juga.., suara obrolan para pengunjung, dan bahkan diskusi yang mulai tak kudengar di antara kami di meja ini,

***